kalau kita tidak mewaspadainya dari sekarang, kita bisa terus-menerus mengalami konflik
Jakarta (ANTARA) - Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Albertus Patty mengusulkan pelajaran tentang multikulturalisme masuk dalam kurikulum pendidikan Indonesia sebagai salah satu cara menjaga persatuan Indonesia.

"Sejak dari PAUD sampai di universitas sudah saatnya pelajaran multikulturalisme dan pluralisme dimasukkan ke dalam bagian dari pendidikan. Karena negara seperti di Amerika dan Kanada misalnya, sudah ada seperti itu sehingga mereka lebih bisa menghargai keberagaman," ujarnya ketika dihubungi di Jakarta pada Selasa.

Menurut dia, pelajaran untuk melihat Indonesia sebagai identitas bersama mestinya diajarkan kepada semua orang.

Oleh karena itu, dia mengharapkan jika ada orang yang terpapar radikalisme, terutama yang bekerja dalam bidang pendidikan, segera ditangani agar Pancasila tetap terjaga.

Baca juga: Syafii minta pendidikan multikulturalisme tangkal virus intoleransi

Dia mengharapkan Presiden Joko Widodo dalam periode kedua pemerintahannya akan terus bersikap tegas dengan kelompok-kelompok yang ingin mengubah konstitusi dan sistem demokrasi Indonesia.

"Karena, jika itu tidak ditangani secara serius, bisa terjadi konflik sipil yang dapat memecah belah bangsa yang bersatu," kata dia.

Catatan sejarah pecahnya suatu negara, seperti Uni Soviet dan Yugoslavia, kata dia, juga diharapkan menjadi pembelajaran bagi bangsa Indonesia untuk menjaga persatuannya di tengah keberagaman yang ada.

Albertus juga menyoroti konflik sosial yang terjadi di seluruh dunia yang akibat suku, agama, ras, dan antargolongan, tidak hanya terjadi di Indonesia.

"Tapi syukurlah Indonesia sampai saat ini mampu mengatasi ancaman perpecahan. Orang masih sadar bahwa kita ini adalah negara Pancasila, Indonesia yang beragam dibangun oleh semua umat beragam dan etnis. Tapi kalau kita tidak mewaspadainya dari sekarang, kita bisa terus-menerus mengalami konflik," katanya.

Baca juga: Masukkan multikulturalisme dalam kurikulum pengembangan guru
Baca juga: Pakar: pengenalan multikulturalisme harus masuk kurikulum guru

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019