Chicago, (ANTARA News) - Perusahaan-perusahaan rokok menggunakan kadar mentol agar isapan-isapan pertama terasa lebih enak bagi perokok muda, kata peneliti Amerika Serikat (AS), pekan lalu sebagaimana dilaporkan Reuters. "Menthol merangsang reseptor-reseptor penyejuk di paru-paru dan tekak mulut ," kata Dr Gregory Connolly dari Harvard School of Public Health. "Hal itu menjadikan kegiatan merokok lebih gampang." Penelitian yang diterbitkan di American Journal of Public Health itu muncul pada saat Kongres AS mempertimbangkan untuk memberikan kekuasaan yang lebih luas kepada FDA (sejenis badan BPOM di Indonesia) dalam mengatur tembakau. Wakil perusahaan rokok, R.J. Reynolds, Philip Morris dan Lorillard menolak temuan tersebut. "Kelihatannya laporan ini hanyalah usaha untuk mendorong dukungan bagi peraturan federal mengenai industri tembakau, dan bukan tinjauan ilmiah mengenai kategori mentol," kata David Howard, juru bicara R.J. Reynolds, bagian dari Reynolds American Inc, pembuat rokok Camel dan Kool. Juru bicara Lorillard Inc, Michael Robinson, dalam pernyataannya menyebutkan : "publik Amerika sebaiknya memandang laporan ini seperti sebenarnya, yaitu alat lobi dengan motivasi politis." Merokok adalah penyebab kematian "preventable" (yang dapat dicegah) terbesar di Amerika Serikat, dengan korban jiwa 400 ribu orang setiap tahun. Merek-merek rokok mentol makin populer di kalangan remaja dan paling banyak diisap kalangan muda serta perokok baru. Survai nasional AS tahun 2006 menemukan bahwa 44 persen perokok berusia 12 sampai 17 tahun menggunakan rokok mentol, begitu pula 36 persen perokok yang berusia 18 sampai 24 tahun. Connolly dan para kolega mempelajari riset internal perusahaan mengenai penggunaan mentol. Mereka juga mengadakan tes laboratorium secara mandiri dan menelaah penelitian-penelitian populasi mengenai kecenderungan merokok. Menurut studi, pada tahun 1987, R.J. Reynolds mendapati bahwa berbagai mentol tingkat rendah adalah strategi baru untuk merekrut perokok muda dan pemula. "Reaksi orang yang baru pertama kali merokok umumnya negatif," ungkap perusahaan itu dalam suatu dokumen. "Negatif-negatif pada awal (merokok) bisa dikurangi dengan mentol berkadar rendah." Para perusahaan raksasa rokok di AS pada tahun 1998 setuju untuk membayar 206 miliar dolar untuk 46 negara bagian guna menolong biaya perawatan perokok. Hal itu akan berlangsung selama 25 tahun sebagai bagian dari suatu kesepakatan pokok. Kesepakatan itu juga meliputi larangan iklan dan pemasaran tembakau. Kesepakatan itu adalah akhir dari perselisihan panjang di pengadilan melawan negara-negara bagian. Connolly mengatakan perusahaan tembakau menggunakan rokok mentol "mild" untuk membidik perokok muda sedangkan mentol yang lebih kuat diperuntukkan untuk mereka yang sudah menjadi perokok. "Mentol membantu menurunkan nikotin," kata Connolly dalam wawancara lewat telefon dengan Reuters, tetapi dia menambahkan bahwa mentol yang terlalu banyak akan sulit ditolerir para perokok baru. Dia mengemukakan bahwa baginya sudah jelas, perusahaan rokok "menggunakan suatu bahan agar kecanduan nikotin menjadi lebih gampang." David Sylvia, jurubicara Altria Group Inc unit Philip Morris, membantah bahwa perusahaan mereka memainkan kadar mentol untuk meraih pasar remaja. "Sangat sedikit data relevan langsung yang menunjukkan bahwa mentol mempengaruhi awal (merokok)," kata Sylvia lalu menambahkan bahwa produk-produk rokok "tidak dirancang untuk orang yang bukan perokok maupun perokok di bawah umur." Dia mengatakan Philip Morris mendukung peraturan FDA tentang tembakau. Lorillard, yang menentang perundang-undangan itu, juga membantah bahwa perusahaannya mengincar kaum muda perokok. "Lorillard tidak merancang rokoknya sebagai promosi untuk memulai merokok maupun mempromosikan kecanduan nikotin," kata Robinson. Menurut Asosiasi Paru-paru Amerika, setiap hari empat ribu anak-anak di bawah 18 tahun mengisap rokok pertama mereka dan hampir 1.100 dari mereka kemudian menjadi perokok tetap. Rancangan undang-undang yang sedang dibahas di DPR AS itu berisi larangan bagi rokok rasa permin dan buah, namun mentol tidak seketika dilarang. Connolly mengatakan undang-undang itu akan membuat FDA punya kekuasaan untuk mengatur kadar mentol. Kurangnya larangan rinci atas mentol membuat National African American Tobacco Prevention Network menarik diri dari dukungan atas RUU tersebut. Mereka beralasan, RUU itu tidak komplet dan membeda-bedakan kulit hitam. Lebih dari 70 persen perokok berkulit hitam di AS menggunakan rokok mentol, sedangkan pada perokok kulit putih angkanya 30 persen, kata para peneliti. Program kampanye "Anak Tanpa Tembakau" di AS dalam pernyataannya menyebutkan bahwa penelitian itu menunjukkan kurangnya peraturan mengenai tembakau sehingga perusahaan rokok dapat memainkan produk mereka dengan cara yang membahayakan. (*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008