Wamena (ANTARA) - Damaris salah seorang guru sekolah dasar di Wamena Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua mengatakan ingin kembali mengajar setelah peristiwa kerusuhan, namun mereka juga membutuhkan pemulihan trauma.

"Karena tugas, tanggung jawab. Sebenarnya belum siap mengajar karena masih trauma," kata Damaris yang mengungsi di Kodim 1702/Jayawijaya, Minggu.

Direncanakan aktivitas belajar mengajar di Wamena akan kembali dimulai pada Senin (7/10) usai peristiwa kerusuhan pada 23 September lalu.

Baca juga: Gubernur Papua dorong pemulihan korban kerusuhan Wamena

Damaris mengatakan, meski kondisi masih mengalami trauma namun jika sudah diminta untuk kembali beraktivitas mengajar tentunya akan dilakukan agar pendidikan anak-anak tidak terhambat.

"Kita buka sekolah tunggu anak-anak," kata perempuan asal Toraja yang sudah mengajar sejak 2005 itu.

Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat mengatakan, sekolah akan kembali dimulai pada Senin (7/10). Nantinya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kemensos akan mendukung kembali aktivitas pendidikan di daerah itu.

Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kemensos Milly Mildawati mengatakan sangat wajar warga ketakutan karena baru mengalami kejadian traumatis.

"Kami akan bertemu dan mengumpulkan guru-guru, karena bagaimanapun jika mereka akan kembali mengajar anak-anak tentunya trauma mereka dulu yang harus dipulihkan," kata Milly.

Kemensos memberikan Layanan Dukungan Psikososial kepada anak-anak dan orang dewasa yang terdampak kerusuhan Wamena.

Kegiatan yang diberikan antara lain bermain, bernyanyi, menari dan lainnya untuk anak sementara untuk orang dewasa berupa kegiatan percakapan sosial yang bertujuan memberikan ruang komunikasi, mendengarkan keluhan dan harapan mereka.

Baca juga: Anak-anak korban kerusuhan Wamena bermain dan menari pulihkan trauma

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019