Jayapura (ANTARA) - Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) Papua, Iwan Santoso berkunjung ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Wamena, Kabupaten Jayawijaya guna memastikan kondisi keamanan narapidana yang menjalani hukuman badan di Lapas tersebut pascademonstrasi anarkis yang berujung kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jawajiwa pada Senin (23/9).

Iwan Santoso bersama rombongan berangkat menuju Wamena dengan menggunakan Pesawat Hercules dikarekan hampir semua tiket penerbangan komersil ke Wamena full, Kamis. Ketika tiba di Wamena, Kakanwil Kemenkum HAM Papua, Iwan Santoso dijemput oleh Plt Kalapas Wamena Henoch S.Sos, Kasubag TU Pasamula, Kasubsi Register Bimbingan Pemasyarakatan Christian Toding.

Iwan Santoso langsung menuju Lapas Kelas II B Wamena guna memastikan kondisi Lapas serta narapidana yang masih mendekam dalam tahanan. Iwan Santoso didampingi sejumlah pejabat Jajaran Lapas Wamena langsung menyambangi Warga Binaan Pemasyarakatan serta menyalami satu demi satu.

"Saat ini terpantau kondisi di Lapas Wamena dalam keadaan kondusif dengan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sebanyak 155 orang. Narapidana berjumlah 105 orang dan Tahanan berjumlah 50 orang. Dari 155 orang diantaranya terdapat lima narapidana wanita," kata Iwan.

Kakanwil Iwan Santoso, mengatakan, setelah menyambangi para petugas Lapas, dia langsung dengan warga binaan pemasyarakatan, bersama Pejabat dan Staf Penjagaan Lapas Wamena guna mengecek segala persiapan seperti Bahan Makanan untuk para WBK dan bahan bakar untuk listrik di Lapas Wamena pascademonstrasi anarkis berujung kerusuhan pada Senin (23/9).

Pelaksana tugas Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Wamena, Henoch menjelaskan pada saat demonstrasi anarkis kala itu, pihaknya tidak menyangka akan terjadi kerusuhan karena hanya mendengar teriakan-teriakan anak-anak sekolah di area depan Lapas.

"Melihat situasi semakin panas, saya perintahkan anggota jaga semua merapat di Lapas untuk mengamankan Lapas," ujarnya.

Pada saat kejadian sama sekali tidak ada gejolak dari warga binaan yang berada di dalam Lapas, hanya saja saat mendengar bunyi tembakan yang dilepaskan oleh anggota TNI/Polri, beberapa WBP sempat naik ke menara toren air untuk memantau keluar Lapas.

"Sempat ada negosiasi antara petugas dan WBP, mereka meminta penguncian sore yang biasa dilakukan pukul 15.00 menjadi pukul 17.00 WIT," ujarnya.

Lanjut dia, hal ini dilakukan agar menghindarkan terjadinya gejolak di dalam Lapas. Setelah pukul 17.00 WIT petugas hendak melakukan penguncian, WBP meminta lagi agar tidak dikunci sampai pagi hari. Namun mengingat kekuatan personel terbatas sehingga kembali melakukan negosiasi untuk tutup pada pukul 01.00 WIT.

"Karena petugas sudah mengunci pintu pada pukul 01.00 WIT maka sepakat untuk dikunci pada jam itu. Tidak ada WBP yang berbuat onar hingga keributan di dalam Lapas Wamena, mereka justru tenang," ujarnya.

Sementara itu, Kakanwil Kemenkum HAM Papua, Iwan Santoso memberikan semangat, apresiasi dan ucapan terima kasih kepada jajaran Lapas Kelas II B Wamena yang telah berjuang keras menjaga keamanan di Lapas Wamena.

"Saya sangat bangga terhadap teman-teman yang ada di sini berjuang menjaga Lapas tetap aman," ujarnya.

Ia menambahkan, pejabat sipil pertama yang memberanikan diri melakukan kunjungan ke Lapas pascakerusuhan Wamena berharap Pemerintah Pusat juga lebih menangani secara baik kondisi Wamena.

"Kami juga berharap ada bantuan Direktur Jenderal Pemasyarakatan dalam komunikasi melalui telepon guna bantuan sarana prasarana pengamanan dan makanan yang sudah mulai menipis pascademonstrasi anarkis Wamena yang berujung rusuh," ujarnya.

Aksi unjuk rasa yang diwarnai kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Senin (23/9), menelan puluhan nyawa, ratusan bangunan milik pemerintah maupun swasta di kabupaten itu juga rusak dan dibakar oleh massa demo.
 

Pewarta: Musa Abubar
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019