Sukoharjo (ANTARA) - Kapolresta Surakarta, Polda Jawa Tengah, AKBP Andy Rifai, mengatakan bahwa mayoritas narapidana kasus teroris di Surakarta berasal dari kalangan akar rumput dengan tingkat pendidikan yang rendah.

"Berdasarkan kasus-kasus yang kami tangani, dilihat dari latar belakangnya rata-rata narapidana yang terpapar ajaran radikal memiliki tingkat pendidikan yang rendah," kata Andy di Mapolresta Surakarta, Kamis.

Baca juga: Terduga teroris Lampung-Sukoharjo rekan terduga teroris Kartasura

Andy mengatakan banyak dari para napi yang tinggal di jalanan, namun ketika mereka ingin memperbaiki taraf hidupnya justru bertemu dengan orang-orang yang berpaham radikal.

"Oleh sebab itu orang-orang seperti ini menjadi sangat mudah untuk terpengaruh," kata Andy.

Baca juga: Pengamat: Jangan sebarkan konten bom teroris Sukoharjo

Selain tingkat pendidikan yang rendah, latar belakang ekonomi dikatakan Andy juga cukup mempengaruhi seseorang untuk mengikuti paham radikal.

Kemudian lingkungan tempat tinggal juga menjadi salah satu penyebab sebagian terpidana teroris sempat terpapar dan masuk ke dalam jaringan radikal.

Untuk mengatasi paparan radikal tersebut, Andy mengatakan pihaknya terus mengupayakan tindakan mulai dari pre-emtif maupun preventif baik secara langsung maupun tidak.

Baca juga: Densus geledah rumah terduga teroris di Sukoharjo

"Untuk tindakan secara langsung, yang kami lakukan adalah; memberikan sosialisasi kepada masyarakat melalui Satuan Bimas, kegiatan bakti sosial di lingkungan tempat tinggal mereka, kemudian berkoordinasi dengan Kementerian Agama supaya kami bisa menyentuh lewat agama," kata Andy.

Selain itu pihak kepolisian juga melakukan kegiatan-kegiatan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota untuk bisa melihat kondisi ekonomi.

"Kalau mereka kesulitan secara ekonomi, kami berupaya membantu mencari solusinya sehingga mereka bisa menjalani kehidupannya secara normal," kata Andy.
 

Polisi sita barang-barang dari rumah pelaku bom bunuh diri

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019