Keberhasilan Indonesia di mata dunia dalam menangani ancaman penyakit zoonosis juga mendapat perhatian besar dari pemerintah
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian bersama Badan Pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) meningkatkan kerja sama untuk menanggulangi zoonosis, penyakit hewan menular ke manusia atau sebaliknya.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita menjelaskan pihaknya bersama FAO dan USAID telah menjalin kerja sama sejak 2016 melalui Program EPT-2 (Emerging Pandemic Threat Fase 2) dengan kegiatan yang berfokus pada keamanan kesehatan Indonesia, baik kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, maupun kesehatan lingkungan/satwa liar.

"Kementerian Pertanian bersama FAO dan dukungan USAID telah melaksanakan berbagai kegiatan dalam kerangka program Emerging Pandemic Threats 2 (EPT) untuk bersiap siaga menghadapi penyakit-penyakit menular baru dan dengan pendekatan one health yang muncul kembali," kata Ketut Diarmita pada Apresiasi Kerja Sama Pemerintah Indonesia-FAO-USAID di Jakarta, Kamis.

Ketut menjelaskan ada enam prioritas dalam program EPT-2 di antaranya sistem surveilans yang kompeten untuk zoonosis dan penyakit infeksi baru (PIB), pencegahan dan pengendalian penyakit zoonosis dan PlB dengan fokus one health.

Kemudian, program EPT-2 juga mencakup pengurangan risiko komersial pada peternakan unggas dan pengurangan risiko di sepanjang rantai nilai unggas, serta pembangunan kapasitas one health dan peningkatan sistem kesiapsiagaan darurat dan respons untuk zoonosis dan penyakit menular baru muncul (PIB).

Adapun kerja sama EPT-2 ini mempromosikan pendekatan one health, yang dalam implementasinya memerlukan kerja sama, koordinasi, kolaborasi antarkementerian dan lembaga untuk pencegahan, pendeteksian dan penanggulangan ancaman zoonosis dan penyakit infeksi baru (PIB).

Wakil FAO Indonesia Stephen Rudgard menyatakan bahwa Indonesia adalah contoh sukses dalam upaya pencegahan, pendeteksian, dan penanganan ancaman zoonosis global dengan menginisiasi dan melembagakan kerja sama lintas sektoral melalui pendekatan one health.

"Keberhasilan Indonesia di mata dunia dalam menangani ancaman penyakit zoonosis juga mendapat perhatian besar dari pemerintah," kata Stephen.

Ia menjelaskan perhatian besar Pemerintah Indonesia dapat terlihat dengan diterbitkannya Instruksi Presiden (Inpres) No 4 Tahun 2019 yang mengatur tentang peningkatan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi dan merespons wabah penyakit, pandemi global dan kedaruratan nuklir, biologi dan kimia.

Wakil Direktur USAID Indonesia Ryan  Washburn mengapresiasi peran Pemerintah Indonesia, terutama Kementerian Pertanian, atas langkah- langkah penting dalam pelaksanaan pendekatan one health secara konsisten.

"Meskipun masih terdapat hotspot penyakit di Indonesia, komitmen pemerintah dalam penerapan pendekatan one health telah meningkatkan kemampuan Indonesia dalam melakukan pencegahan, deteksi dan respons zoonosis," kata Ryan.

Capaian kerja sama dengan USAID/FAO antara lain yaitu adanya peningkatan kemampuan deteksi potensi penyebaran zoonosis dan PIB, peningkatan kapasitas penanganan kasus zoonosis secara lintas sektor dan kementerian di lapangan.

Kerja sama antara Kementan, FAO dan USAID ini akan terus dilanjutkan melalui program Global Health Security (GHS) yang akan dimulai pada 2020.

Proyek GHS Indonesia ini akan berfokus pada peningkatan kapasitas di empat bidang yaitu surveilans penyakit dan identifikasi risiko; pencegahan dan pengendalian zoonosis dan PIB; sistem diagnostik laboratorium; dan mitigasi resistensi antibiotik (AMR) serta penggunaan antibiotik (AMU).

Baca juga: FAO-Antara beri pembekalan media soal zoonosis di Indonesia
Baca juga: Amankan potensi kehati, LIPI siapkan peta zoonosis di Indonesia
Baca juga: Kementan-FAO luncurkan buku panduan hadapi penyakit infeksi

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019