Data Riset Kesehatan Dasar 2018 hampir separuh atau 48,9 persen ibu hamil di Indonesia mengalami anemia.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia Prof Dr Hardinsyah mengatakan pasokan cadangan zat gizi ibu harus sudah terpenuhi sejak sebelum hamil untuk mencegah gangguan kesehatan pada kehamilan maupun bayi baru lahir.

"Sebagai upaya jangka pendek, berbagai asupan bergizi bisa dikonsumsi ibu-ibu muda calon ibu hamil. Karena zat gizi bisa dibekali sebelum hamil," kata Hardinsyah, di Jakarta, Selasa.

Hardinsyah memaparkan sebagian zat gizi tertentu dapat dicadangkan di dalam tubuh ibu untuk nantinya digunakan saat janin memerlukan dalam proses pertumbuhan organ tubuh.

Beberapa zat gizi bisa dicadangkan di dalam tubuh, seperti kalsium, zat besi, vitamin A, D, E, dan K. Sementara beberapa zat lainnya tidak bisa dicadangkan seperti vitamin B dan C.

Hardinsyah yang juga Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Asia menyebutkan pentingnya asupan gizi ibu sebelum hamil dikarenakan sekitar 70 persen ibu hamil mengalami mual dan muntah pada trimester pertama dan bahkan trimester kedua kehamilan.

Dalam kondisi mual dan muntah, ibu hamil lebih sulit makan sehingga asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh menjadi terbatas. "Kondisi demikian sulit memperbaiki melalui makanan, mereka yang stres dan kurang gizi sebelum kehamilan akan tambah parah mual muntah dan muntahnya," ujar Hardinsyah.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2018 hampir separuh atau 48,9 persen ibu hamil di Indonesia mengalami anemia. Kondisi ini yang berisiko menyebabkan pertumbuhan organ janin yang tidak maksimal, atau bahkan menyebabkan stunting atau kekerdilan pada anak.
Baca juga: Frisian Flag-Pergizi Pangan edukasi gizi 15.000 keluarga Indonesia

Dalam upaya pencegahan anemia pada ibu hamil, pemerintah memberikan obat tambah darah bagi ibu hamil. Namun Hardinsyah mengatakan kebanyakan ibu hamil terlambat mengetahui bahwa dirinya hamil, sehingga pemenuhan zat gizi khusus juga terlambat diberikan.

Karena itu, Hardinsyah menekankan pentingnya pemenuhan gizi, khususnya zat besi untuk mencegah anemia, pada ibu muda sebelum mengandung.

Hardinsyah menyarankan untuk mengonsumsi protein hewani yang mengandung banyak zat besi seperti hati ayam dan hati sapi untuk mencegah anemia.

Dia menyebut ibu bisa mengonsumsi asupan gizi tambahan seperti dalam produk susu yang diperkaya berbagai gizi untuk memenuhi gizi yang diperlukan.

"Masalah anemia biasanya banyak ditemukan pada anak usia sekolah, remaja, ibu hamil dan lansia. Penambahan zat besi, zink, vitamin A, C, B12 dan asam folat pada susu yang mengandung protein dan zat gizi lainnya dimaksudkan untuk turut mencegah masalah gizi tersebut," kata Hardinsyah.

Selanjutnya penambahan kalsium, zink, magnesium, zat besi, vitamin A, C dan D pada susu yang mengandung protein kolagen dan zat gizi lainnya, dimaksudkan untuk turut mencegah defisiensi masalah gizi tersebut guna mendukung tumbuh kembang tulang optimal.
Baca juga: KKP apresiasi Forikan dukung pemerintah cegah stunting

Diharapkan dengan gizi yang terpenuhi dengan baik saat remaja, mempersiapkan kehamilan dan selama kehamilan turut mencegah permasalahan gizi pada generasi selanjutnya.

Pergizi Pangan bekolaborasi bersama Frisian Flag Indonesia membuat produk susu tinggi gizi yang bisa terjangkau oleh berbagai kalangan.

Produk susu Frisian Flag Kompleta diproduksi oleh PT Frisian Flag Indonesia dengan anjuran kandungan gizi dari Pergizi Pangan dalam upaya untuk menurunkan angka gizi kurang dan stunting di Indonesia.
Baca juga: Bappenas minta dunia usaha selesaikan masalah gizi pekerja perempuan

Hardinsyah menyebutkan produk susu Frisian Flag Kompleta yang sengaja dibuat dengan harga terjangkau bisa menjadi asupan gizi tambahan setelah pemenuhan gizi utama dari makanan pokok.

Selain itu, Frisian Flag bersama Pergizi Pangan juga mengadakan kampanye edukasi dan literasi gizi bertajuk Indonesia Siap (sadar gizi, inisiatif, aktif, peduli) kepada 15 ribu keluarga Indonesia di 15 kabupaten-kota di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sebagai upaya mengubah perilaku masyarakat dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang gizi.

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019