Mekkah (ANTARA) - Mina Jadid yang di belahan wilayah Mekkah, pada musim haji selepas turun hujan tak lepas dari hiruk pikuk langkah jamaah yang baru datang dan akan berangkat ke Jumarat untuk lempar jumrah.

Dr Erick sedang mendata pasien yang sakit di Pos Kesehatan Mina Jadid sampai kemudian ia mendengar teriakan ada seorang anggota jamaah kolaps di toilet.

Tanpa pikir panjang ia bergegas berlari menuju area toilet yang selalu dipenuhi berjubel orang yang mengantre. Bersama beberapa petugas kesehatan yang berlari di belakangnya, mereka menerobos kerumunan orang yang mulai bersuara panik.

Jamaah seluruhnya masih dalam larangan ihram sehingga mereka pun masih seluruhnya berpakaian ihram yang sedikit banyaknya menyulitkan pergerakan mereka.

Begitupun beberapa petugas yang juga mengenakan kain ihram karena mereka membadalkan calon haji yang sakit atau jamaah yang meninggal.

Toilet Mina yang kondang karena antreannya itu tak lagi dipedulikan oleh pria bernama lengkap Erwinsyah itu. Ia berusaha menjebol pintu toilet namun gagal.

Ia bersama Tim TGC dan dibantu jamaah lain pun mencari cara sampai kemudian melompat masuk ke ruang WC yang sempit untuk menyelamatkan seorang anggota jamaah yang tak sadarkan diri.

Erick yang akrab disapa Erick Blue itu pun langsung mengevakuasi korban ke Pos Kesehatan sebelum kemudian merujuknya ke Rumah Sakit Mina Al Wadi yang terdekat dengan perkemahan Mina Jadid.

Untung ia bergerak cepat untuk mengambil keputusan sebab sedikit saja terlambat barangkali nyawa seseorang tidak akan terselamatkan.

Baca juga: Tim kesehatan haji rawat jamaah jelang kepulangan

Baca juga: Kemenkes harap jamaah haji jadi agen kesehatan setiba di Indonesia



Gerak cepat

Di kalangan petugas kesehatan haji, nama Erick Blue sudah tak asing lagi. Dari tahun ke tahun ia selalu menjadi contoh (role model) bagaimana petugas kesehatan yang seharusnya.

Pria yang lahir di Selayar, 22 November 1978 itu pada musim haji tahun ini didaulat sebagai Tim Gerak Cepat (TGC) yang bertugas terjun langsung ke titik-titik paling krusial dimana jamaah kerap kali tumbang karena sakit di Tanah Suci.

Erick mengaku tak memiliki modal khusus apapun saat terjun di lapangan selain menyerahkan diri sepenuhnya untuk pengabdian terhadap amanah tersebut.

Maka berinteraksi dengan pria penyuka warna biru itu yang ada hanyalah merasakan aura keikhlasan yang menenangkan siapapun ketika bertugas.

Erick yang menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar itu memulai kariernya sebagai PNS di Kementerian Kesehatan. Saat ini ia bertugas di BBPK Makassar sebagai badan di bawah koordinasi Kemenkes RI.

Dia lantaran mengedepankan hati dalam bekerja, ia senantiasa mendapatkan kepercayaan sebagai tim dokter untuk urusan haji.

Bahkan sejak 2010 hingga tahun ini, Erick dipercaya menjadi fasilitator pelatihan petugas haji Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI). Tak hanya itu, sejak 2010 hingga 2019 ia juga menjadi fasilitator pelatihan Integrasi Haji petugas kloter. Bahkan juga dari 2016 hingga kini ia menjadi salah satu fasilitator pelatihan PPIH Arab Saudi.

Bagi Dokter Erick, bahagia itu sederhana, cukup dengan memastikan bahwa jamaah yang ditolongnya telah pulih dan sehat kembali kebahagiaan di hatinya terasa paripurna.

Sepak terjang anak muda seperti Erick barangkali tak banyak tertangkap kamera selama ini. Namun, peran mereka begitu besar bagi terselenggaranya layanan ibadah haji yang semakin baik dari tahun ke tahun.

Peran mereka sangat vital bahkan disebut oleh Amirul Hajj Lukman Hakim Saifuddin sebagai jantung penyelenggaraan ibadah haji.

Erick dan teman-temannya telah menorehkan prestasi merah putih mereka di Tanah Suci dalam pengabdian pada kemanusiaan yang tanpa batas.

Baca juga: Jamaah diminta selalu gunakan sandal saat keluar Masjidil Haram


Tak ternilai

Erick mengaku tak memiliki keinginan apapun selain ia bisa melihat rona kesembuhan di wajah anggota jemaah haji yang dirawatnya.

Pernah suatu kali ia mendorong dengan kursi roda lalu menggendong seorang anggota jemaah yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Mekkah.

“Ibu itu memeluk dan mendoakan kami, air matanya tak berhenti menetes. Saya terharu sekali. Kebahagiaan tak ternilai bagi saya ketika melihatnya pulih dan melanjutkan ibadahnya,” katanya.

Jumlah pasukan Dokter Erick memang tak banyak, setidaknya 70 petugas kesehatan menjadi anggota TGC untuk melayani 231.000 anggota jamaah haji Indonesia.

Kekuatan mereka adalah keyakinan bahwa keikhlasan dalam mengabdi pada kemanusiaan akan melipatgandakan energi mereka sehingga mereka tetap percaya bahwa Allah akan senantiasa mengirimkan ribuan malaikat untuk membantu misi kemanusiaan mereka.

Mereka tetap bersemangat hingga kini ketika puncak musim haji telah selesai, mereka banyak dijumpai di titik-titik genting di Masjidil Haram bukan sekadar saat jam orang berkantor.

Menjadi pemandangan wajar jika sekelebat sosok mengenakan rompi hitam bertuliskan Tim Gerak Cepat sedang menggendong anggota jamaah, mendorongkan kursi roda, hingga memapah seorang anggota jemaah sakit.

Sebab kerja mereka memang tak terbatas pada pukul, namun menembus batas apapun termasuk jarak dan batas waktu.

Merekalah jantung penyelenggaraan ibadah haji Indonesia yang sukses yang menjadi acuan bagi bangsa-bangsa lain di dunia.*

Baca juga: Turki belajar dari Indonesia soal penyelenggaraan haji bagi warganya

Baca juga: Jumlah haji meninggal dari embarkasi Makassar bertambah jadi 20

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019