Manila (ANTARA) - Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memperingatkan bahwa kapal-kapal asing yang berkeliaran di perairan wilayah negaranya tanpa izin akan menghadapi perlakuan "tidak bersahabat". 

Peringatan itu ia keluarkan saat ada gesekan yang jarang terjadi menyangkut penggunaan kapal-kapal perang oleh China, hanya beberapa mil di lepas pantai Manila. 
 
Juru bicara Duterte, Salvador Panelo, pada Selasa meminta agar pihak terkait bersikap transparan di tengah rasa frustrasi yang dialami militer Filipina.

Pasalnya, kapal-kapal perang China beberapa kali tahun ini terlihat melakukan pergerakan di dalam perairan wilayah 12 mil Filipina di berbagai lokasi di kepulauan itu. 
 
"Semua kapal asing yang melewati wilayah perairan kami harus memberi tahu dan mendapatkan izin dari otoritas pemerintah yang tepat sebelum melakukan perjalanan yang sebenarnya," kata Panelo.

"Entah kita mendapatkan kepatuhan dengan cara yang ramah atau kita menegakkannya dengan cara yang tidak ramah," tambahnya.

Panelo tidak menyebut China dengan nama, atau menguraikan apa yang mungkin ditimbulkan oleh penegakan itu.

Filipina telah mengajukan beberapa protes diplomatik dalam beberapa pekan terakhir atas kegiatan kapal-kapal penjaga pantai, angkatan laut dan kapal paramiliter penangkap ikan di wilayah-wilayah yang dikendalikan Filipina di Laut China Selatan serta di wilayah perairannya.

Baca juga: Filipina akan protes kehadiran kapal China saat hubungan bermasalah

Angkatan bersenjata telah merilis gambar dan mengutip keterangan saksi, yang melihat kapal perang China di lepas pantai pulau Palawan dan Tawi Tawi, antara Februari hingga Agustus. Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana menggambarkan pergerakan itu sebagai pola yang "menjengkelkan".

Duterte menghadapi situasi panas di dalam negeri atas, yang menurut para pengkritik, pendekatannya yang pasif terhadap provokasi China sebagai imbalan atas hubungan bisnis dengan Bejing, yang tidak berjalan dengan baik baginya. Investasi-investasi yang dijanjikan lambat datangnya.  

Meskipun survei secara konsisten menunjukkan bahwa Duterte menikmati dukungan di dalam negeri --pada tingkat yang sejauh ini belum terlihat pada masa kepresidenan sebelumnya, jajak pendapat yang sama memperlihatkan bahwa ketidaksukaan terhadap China meningkat atas perilaku negara itu di Laut China Selatan.

Menurut jajak tersebut, sebagian kalangan masyarakat Filipina juga memiliki keraguan terhadap Duterte terkait gelombang kedatangan warga China di Filipina di bawah kepemimpinannya. Banyak di antara warga China yang berdatangan itu bekerja pada bidang permainan daring.

Duterte akan mengunjungi China dari 28 Agustus hingga 2 September, kata juru bicaranya. Dia telah berjanji untuk membahas kemenangan arbitrase internasional Laut China Selatan 2016 atas China dengan mitranya, Presiden Xi Jinping.

Baca juga: China harus hormati putusan PCA atas Laut China Selatan
 
Keberadaan ratusan kapal China di dekat pulau yang diduduki Manila di Laut China Selatan yang bersengketa, ilegal dan jelas melanggar kedaulatan Filipina, kata kementerian luar negeri negara tersebut, Kamis. (AFP/Getty Images)


Duterte sampai sekarang memilih untuk tidak mendorong putusan itu, yang menganggap klaim kedaulatan China atas sebagian besar Laut China Selatan tidak sah. Beijing tidak berpartisipasi dalam proses pengadilan dan menolak keputusan tersebut.

Laut China Selatan adalah rute penting bagi kapal-kapal, yang mengangkut komoditas perdagangan senilai lebih dari 3 triliun dolar AS setiap tahun. Filipina, Malaysia, Vietnam, Taiwan dan Brunei juga memiliki klaim yang tumpang tindih atas bagian-bagian wilayah tersebut.
  
Sumber: Reuters

Baca juga: Xi Jinping kunjungi Filipina untuk raih keuntungan strategis lebih jauh

Baca juga: Filipina akan duduki pulau-pulau tak berpenghuni di Laut China Selatan

 

Indonesia-Filipina Perkuat Keamanan Perairan

Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019