Bantuan air bersih kami lakukan setiap hari, rata-rata ada empat tangki. Selain menggunakan anggaran dari APBD, bantuan air bersih juga dari berbagai lembaga, seperti Bank Jateng, Baznas, Polres, komunitas dan lainnya
Temanggung (ANTARA) - Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, hingga saat ini masih berstatus darurat bencana kekeringan, kata Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Temanggung, Gito Walngadi.

"Status darurat kekeringan sudah dikeluarkan sejak Mei 2019 dan bakal berakhir Agustus 2019. Namun demikian, jika kondisi masih kemarau dan belum ada tanda-tanda hujan maka status darurat akan diperpanjang," katanya di Temanggung, Selasa.

Ia mengatakan berdasarkan informasi yang didapatkan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) puncak kemarau 2019 diprediksi terjadi antara akhir Agustus sampai awal September.

"Saat ini status kekeringan di Temanggung masih darurat. Status belum kami cabut sejak ditetapkan bulan Mei," katanya.

Baca juga: Lima desa di Temanggung alami kekeringan

Baca juga: Temanggung siapkan bantuan air bersih 350 tangki


Menurut dia, kondisi kekeringan saat ini semakin meluas menjadi 12 kecamatan, karena semakin banyak sumber air di lingkungan rumah penduduk kering.

Bahkan, sejumlah wilayah yang jauh dari sumber air, terpaksa harus menunggu bantuan air bersih yang didistribusikan BPBD Temanggung dengan menggandeng sejumlah lembaga, instansi maupun kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian.

Ia mengajak kepada seluruh masyarakat agar lebih hemat menggunakan air bersih.

Begitu juga upaya-upaya penghijauan lingkungan terus digelorakan, agar lingkungan yang ditinggali masyarakat tetap asri dan dapat menyimpan air.

"Upaya ajakan agar masyarakat menggelorakan menanam tanaman, tentu kami juga lakukan, selain upaya droping air bersih," katanya.

Ia menuturkan untuk upaya jangka panjang, pihaknya telah mengusulkan program pipanisasi untuk lima kecamatan terdampak kekeringan di wilayah Kabupaten Temanggung.

Meskipun tahun ini merupakan usulan ketiga kalinya kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia, pihaknya tetap berupaya agar program pipanisasi dapat terealisasi.

"Kami ajukan total sebesar Rp3,9 miliar," tuturnya.

Bencana kekeringan di Temanggung terus meluas dari enam kecamatan menjadi 12 kecamatan, 40 desa dan 129 dusun atau titik yang memiliki potensi besar kekeringan pada puncak musim kemarau ini.

Sebanyak 12 kecamatan yang wilayahnya terjadi kekeringan, yakni Kecamatan Kandangan, Pringsurat, Kaloran, Kranggan, Jumo, Candiroto, Selopampang, Gemawang, Kledung, Bulu, Tembarak dan Kecamatan Tlogomulyo.

Ia menyebutkan tahun ini BPBD Temanggung siapkan bantuan air bersih sebanyak 350 tangki atau senilai Rp85 juta.

"Bantuan air bersih kami lakukan setiap hari, rata-rata ada empat tangki. Selain menggunakan anggaran dari APBD, bantuan air bersih juga dari berbagai lembaga, seperti Bank Jateng, Baznas, Polres, komunitas dan lainnya," katanya.*

Baca juga: Krisis air bersih melanda 18 desa Temanggung

Baca juga: 12 kecamatan di Temanggung rawan kekeringan

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019