Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menggelar pameran Art and Diplomacy.

Pameran tersebut akan digelar di tiga tempat berbeda yaitu di Perpustakaan Nasional, Galeri Foto Jutnalistik Antara, dan Museum Bronbeek di Belanda.

"Pameran dimulai di Perpustakaan Nasional pada 15 Agustus, kemudian di GFJA pada 16 Agustus dan di Bronbeek, Belanda pada 17 Agustus," kata Direktur Sejarah Kemendikbud Triana Wulandari saat pembukaan pameran di Perpusatakaan Nasional, Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan pameran tersebut penting untuk memberikan narasi kepada masyarakat Indonesia bahwa perjuangan tidak hanya melalui senjata tetapi juga melalui diplomasi internasional.

"Puncaknya pada 27 Desember 1949 ketika Konferensi Meja Bundar yang diadakan di Den Haag, yang menjadi tonggak penyerahan kedaulatan kepada Indonesia," kata dia.

Baca juga: GFJA dan PFI berikan bantuan korban gempa Lombok

Baca juga: Band Cokelat takjub dengan pameran foto ANTARA


 

Perjuang-perjuangan tersebut terekam melalui berbagai karya seni dari masa revolusi dalam berbagai bentuk, seperti sketsa, lukisan, poster dan lainnya yang menjadi simbol dan saksi bisu bangsa Indonesia meraih kedaulatan bangsa.

"Kami harap masyarakat pemahaman tentang sejarah dan semangat nasionalisme dalam meraih kedaulatan bangsa sehingga kita mampu memaknainya sebagai modal untuk mengisi kemerdekaan," kata dia.

Tak hanya pameran, mereka juga meluncurkan buku Art & Diplomacy yang menghadirkan gambaran peristiwa tentang periode yang sangat penting dalam perjalanan sejarah Indonesia.

Buku tersebut menampilkan berbagai sumber primer dalam bentuk visual yang kaya akan informasi.

Selain itu ada juga seminar kesejarahan dengan narasumber para pengamat, pemerhati serta peneliti sejrah dan kebijakan politik.*

Baca juga: Kegiatan solidaritas "Lombok Palu Donggala Rev!val" resmi ditutup

Baca juga: Pewarta foto luncurkan buku foto "Lombok Palu Donggala Rev!val"

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019