Balikpapan, (ANTARA) - Sampai saat ini Kalimantan Timur masih terbebas dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla), namun demikian jajaran Polda Kaltim terus waspada.

“Kami mengandalkan teknologi dan personel sekaligus,” kata Kepala Bidang Humas Polda Kaltim Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Ade Yaya Suryana di Balikpapan, Kamis.

Baca juga: CIPS ingin KLHK-Pemda pantau lahan hutan secara daring

Baca juga: Kemenkes imbau masyarakat terdampak karhutla hindari keluar ruangan

Baca juga: Polda Riau pulangkan mahasiswa yang protes karhutla

Baca juga: Akademisi kritisi status penetapan siaga darurat Karhutla


Menurut Kombes Ade dengan pantauan satelit titik-titik api akan mudah terdeteksi. Seperti di Kalimantan Timur, ujarnya, memang ada terdeteksi di Kutai Barat, Kutai Timur, dan Kutai Kartanegara namun ketika dilihat langsung ke lapangan oleh petugas setempat, semuanya terkendali.

“Kami diingatkan dan kami tetap jaga,” kata Kombes Ade.

Untuk pemantauan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan ini, polisi mengerahkan personel bintara pembina desa (Babinsa). Menurut Kabid Humas, Babinsa yang tugasnya langsung turun ke masyarakat dan memiliki akses yang luas di lingkup kerjanya akan dengan cepat mendeteksi bila ada kejadian kebakaran hutan dan lahan tersebut.

“Setelah itu, seandainya terjadi, kita kerahkan personel dan alat sesuai dengan seberapa besar kejadiannya,” jelas Kombes Ade.

Prosedurnya juga sudah dibuat, yaitu dimulai dari reaksi cepat dari aparat yang bertugas di lapangan untuk menilai luasan kejadian, dan berdasar itu dikerahkan personel dan alat untuk pemadaman.

“Kalau kecil ya cukup barangkali warga setempat. Kalau besar ya semua sumberdaya yang tersedia untuk mengatasi kita akan kerahkan,” tegas Kabid Humas.

Kejadian kebakaran lahan dan hutan besar terakhir kali terjadi di Kalimantan Timur pada 2015, bersamaan dengan kejadian di Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan berbagai daerah lain di Indonesia akibat kemarau panjang di mana titik-titik api tersebar luas di Kutai Timur, Kutai Kartanegara, dan Kutai Barat.

Saat itu antara lain kabut asap sampai menutupi sebagian Teluk Balikpapan dan membatasi jarak pandang. Warga Balikpapan, meskipun Kota Minyak tidak terpapar asap, tapi sudah dianjurkan untuk memakai masker bila keluar rumah.

Untuk mengatasinya, relawan dan aparat sipil dan militer bahu membahu mengejar api dan memadamkannya, hingga kemudian musim hujan datang.

Pewarta: Novi Abdi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019