Surabaya (Antara Bali) - Mantan Mendikbud Mohammad Nuh mempersilakan ada
evaluasi ujian nasional (UN), namun evaluasi itu perlu rasionalitas
akademik agar tidak terkesan ganti kebijakan setiap ganti menteri.
"Monggo saja (untuk evaluasi UN), tapi yang penting ada
rasionalitas akademik untuk itu (evaluasi)," katanya di Surabaya,
Selasa, menanggapi rencana Mendikbud untuk moratorium (penangguhan) UN
pada 2017.
Menurut Guru Besar ITS Surabaya itu, UN atau ujian itu merupakan
faktor penentu kelulusan, karena itu jika UN dievaluasi, maka faktor
penentu kelulusan menjadi tidak ada.
"Kalau UN difungsikan untuk pemetaan, maka pemetaan itu cukup
dengan sampling seperti survei, tapi ujian sebagai faktor penentu
kelulusan harus tetap dipikirkan. Kalau UN dievaluasi, apa rasionalitas
akademik-nya," katanya.
Selain penentu kelulusan, Ketua Umum Yayasan RSI Surabaya itu
menyatakan ujian (UN) juga mengajarkan tanggung jawab dalam diri seorang
siswa, apakah dia memahami atau seberapa pemahaman tentang pelajaran.
"Jika memang ada moratorium, tentu perlu pola pengganti UN. Pola
ini juga dibutuhkan untuk menentukan standar dalam penerimaan siswa baru
dari jenjang SMP ke SMA dan SMK," katanya.
Tentang faktor karakter yang dipentingkan daripada UN, ia
menyatakan persoalan karakter itu harus pararel, karena itu penekanan
pada karakter itu tetap masuk dalam pendidikan formal secara berjenjang.
"Saya mati-matian mempertahankan K13 (Kurikulum 2013) itu bukan
karena apa-apa, melainkan faktor karakter yang masuk dalam pendidikan
formal itu ada dalam K13," katanya.
Bahkan, katanya, K13 itu merangkum pembelajaran tentang pentingnya
sikap sosial, sikap spiritualitas, pengetahuan, dan keterampilan, dalam
pendidikan secara berjenjang.
Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan moratorium UN
pada 2017 tinggal menunggu persetujuan Presiden. Alasan moratorium UN
adalah UN saat ini berfungsi untuk pemetaan dan tidak menentukan
kelulusan.
Oleh karena itu, Kemendikbud ingin mengembalikan evaluasi
pembelajaran siswa menjadi hak dan wewenang guru, baik secara pribadi
maupun kolektif. (WDY)
Nuh: Evaluasi UN Perlu Rasionalitas Akademik
Rabu, 30 November 2016 8:00 WIB