Surabaya (Antara Bali) - Peneliti di Laboratory of Electric
Machinery, Department of Electrical and Electronic Engineering, Kitami
Institute of Technology, Hokkaido, Jepang Marwan Rosyadi mengatakan
energi fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam akan habis
pada 2050 mendatang.
"Berdasarkan Global Wind Energy Council (GWEC), sebuah organisasi
statistik turbin-turbin di dunia menjelaskan bahwa pada 2050 mendatang,
tren di Eropa nanti akan menggunakan 100 persen sumber energi baru
terbarukan untuk pasokan energi listrik," katanya ketika ditemui di
Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Selasa.
Analisis Dinamik dan Pengendalian Jejala Daya Skala Besar yang
digandeng dengan sumber-sumber energi terbarukan itu menuturkan
negara-negara maju akan beralih ke energi baru terbarukan, seperti
tenaga uap, air dan angin.
"Penggunaan energi baru terbarukan ini semakin meningkat, terlihat
ketika pada tahun 2000 hanya mencapai 3.000 megawatt, sedangkan pada
tahun 2015 mencapai 63 ribu megawatt, karena energi baru terbarukan ini
sangat murah," katanya yang juga menjadi dosen di UMS.
Penggunaan bahan bakar fosil untuk membangkitkan energi tidak
selamanya bisa dilakukan, apalagi bahan bakar fosil merupakan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehingga persediannya kian
menipis.
"Salah satu solusinya, pemerintah bekerja sama dengan universitas
dan perusahaan membangun turbin angin (wind turbine) untuk memenuhi
pasokan listrik. Turbin angin merupakan jawaban atas energi baru
terbarukan yang saat ini digagas oleh pemerintahan presiden Joko
Widodo," kata dia.
Menurut dia, turbin dengan radius baling-baling 123 meter, akan
menghasilkan 5 megawatt, namun saat ini di Jepang mayoritas masih
menggunakan turbin dengan ukuran tinggi 100 meter dan radius
baling-baling 80 meter yang akan menghasilkan 2 megawatt.
"Cara kerjanya, angin akan meniup baling-baling kemudian
dihubungkan ke geerbox yang mengelola angin dari kecepatan rendah
menjadi tinggi, dan disalurkan ke generator hingga menghasilkan energi
listrik," katanya.
Disinggung potensi pengembangan turbin angin di Indonesia, Marwan
mengaku Indonesia memiliki potensi, utamanya di wilayah sekitar laut
selatan karena kekuatan anginnya 4-8 meter per detik.
"Semakin ke utara, anginnya semakin kencang, namun hingga kini
belum ada kajian yang komprehensif di Indonesia mengenai potensi
pengembangan energi listrik melalui turbin angin," tuturnya.
Marwan sendiri mengaku masih menunggu pemerintah untuk
mengembangkan teknologi ini, karena diakuinya biaya yang dikeluarkan
jauh lebih murah dibandingkan menggunakan teknologi yang lain. Teknologi
ini sangat bagus untuk mengembangkan program Presiden Jokowi yang akan
terus mengembangkan energi baru terbarukan.
"Waktu Jepang mengembangkan selama lima tahun, itu karena
pemerintah, universitas, dan perusahaan mendukung semua, jika mau meniru
Jepang, Indonesia juga harus membentuk konsorsium seperti itu. Di sisi
lain, para pakar yang berada di luar negeri juga seharusnya bisa
dimanfaatkan, namun pemerintah seakan masih enggan," tandasnya. (WDY)
Energi Fosil akan Habis 2050
Rabu, 17 Februari 2016 8:07 WIB