Negara (Antara Bali) - Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Jembrana bertambah 39 orang mulai bukan januari hingga mei, sehingga total 505 orang warga kabupaten tersebut yang tertular virus mematikan ini sejak tahun 2005.
"Dari jumlah sejak tahun 2005 tersebut, beberapa diantaranya sudah meningal dunia, dan seluruhnya kami data," kata Kepala Dinas Kesehatan Jembrana, dr Putu Suasta, MKes, di Negara, Kamis.
Ia juga mengungkapkan, penularan HIV/AIDS merambah semua golongan masyarakat, mulai ibu rumah tangga, pegawai swasta, PNS hingga pelayan kafe.
Khusus ibu rumah tangga, menurutnya, jumlah penderita mencapai 117 orang, yang diduga tertular dari suaminya yang melakukan hubungan seks tidak sehat, selain dengan isterinya.
Pelayan kafe remang-remang yang diketahui mengidap virus ini juga cukup besar, mencapai 7,14 persen dari total penderita.
Karena dianggap rawan penularan, ia mengatakan, ada penyuluhan khusus untuk pelayan kafe, dengan menganjurkan mereka tidak berhubungan seksual dengan pengunjung.
"Kami arahkan, agar mereka cuma menemani tamu dengan menuangkan minuman atau karaoke, tidak berlanjut ke hubungan seksual. Kami memang tidak memantau prilaku pelayan kafe setiap saat, tapi dengan penyuluhan kami harapkan mereka tidak sembarangan melakukan hubungan seks," ujarnya.
Untuk mengantisipasi eksodus PSK dari Dolly, Surabaya, Jawa Timur, setelah lokalisasi tersebut ditutup, ia mengaku, sudah berkoordinasi dengan Satpol PP untuk rutin melakukan operasi kependudukan.
"Ada potensi PSK dari Dolly beralih ke Jembrana, karena daerah ini cukup dekat dengan Surabaya. Pekerja ini juga potensial membawa berbagai penyakit dari hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS," katanya.
Agar bisa memantau penderita di kalangan pelayan kafe, yang biasanya juga melakukan prostitusi terselubung, ia mengatakan, melakukan tes VCT bagi mereka yang terjaring dalam operasi kependudukan.
Jika diketahui positif mengidap HIV/AIDS, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jembrana, akan melakukan konseling terhadap yang bersangkutan, agar tidak menular ke orang lain.
Keberadaan klinik VCT di seluruh Puskesmas, menurutnya, juga membantu pemerintah maupun KPA dalam mendata warga yang tertular virus ini, sehingga jumlahnya melonjak tajam.
"Dalam penanggulangan penularan virus ini, lebih baik penderita terdata dengan baik, daripada tidak diketahui. Sejak ada klinik VCT di Puskesmas, jumlah penderita yang bisa kami ketahui memang melonjak," katanya.(GBI)