Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah kabupaten di Bali perlu lebih banyak mengembangkan agrowisata berbasis subak, sebuah sistem pengelolaan irigasi, di wilayah kawasan desa di Pulau Dewata.
Pengembangan agrowisata berbasis subak tersebut akan mampu mengendalikan alih fungsi lahan pertanian yang setiap tahunnya mencapai 750 hektar, kata Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, agrowisata model itu akan mampu memperbanyak obyek wisata sebagai alternatif pilihan bagi kunjungan wisatawan mancanegara, disamping meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Upaya dan terobosan yang dilakukan Gubernur Bali Made Mangku Pastika untuk mengembangkan pertanian terintegrasi yang tetap berbasis pada subak perlu dikembangkan sebanyak mungkin.
Prof Windia menilai, pengembangan pertanian terintegrasi juga memberikan dampak positif dalam mempertahankan ketahanan pangan di Bali serta meningkatkan pendapatan petani.
Kabag Publikasi dan Dokumentasi Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng menambahkan, Pemprov Bali mengalokasikan dana sebesar Rp8 miliar untuk pengembangan 40 gabungan kelompok tani (Gapoktan) dalam tahun 2010.
Dana itu bersumber dari APBD Bali 2010 menitikberatkan pola pengembangan tani terintegrasi sebagai kelanjutan program tahun sebelumnya yang menjangkau sepuluh lokasi dengan dana Rp2,3 miliar.
Pola pengembangan pertanian tersebut digarap secara terpadu oleh instansi teknis, dengan memprioritaskan desa-desa yang warganya 35 persen lebih masih menyandang predikat miskin.
Pengembangan pertanian terintegrasi sebagai upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, minimal dua kali lipat pada tahun 2013, ujar Ketut Teneng.(*)
Pemkab di Bali perlu Kembangkan Agrowisata
Kamis, 6 Mei 2010 11:47 WIB