Beijing (ANTARA) - Pada tanggal 17 Agustus 2021 pagi, cuaca di Beijing sangat cerah setelah sehari sebelumnya diguyur hujan deras sampai-sampai staf Kedutaan Besar RI basah kuyup demi menyelamatkan perlengkapan upacara yang telanjur terpasang sejak sore.
Personel kepolisian China, baik berseragam maupun tidak, lalu-lalang di depan gerbang utama KBRI Beijing di Jalan Dongzhimen Wai Nomor 4, Distrik Chaoyang, sejak Selasa (17/8) pagi.
Ini pengamanan prosedural di diplomatic compound Beijing setiap kantor perwakilan asing menggelar acara internal.
Prosedur itu juga dilakukan jika ada peristiwa penting lainnya yang terjadi di negara sahabat, seperti pengamanan di Kedubes Afghanistan karena memanasnya situasi baru-baru ini dan pengamanan di Kedubes Myanmar terkait dengan kudeta belum lama ini.
Pengamanan reguler juga diberikan oleh pihak China di premis asing tanpa pandang bulu. Pintu pengamanan di setiap kantor perwakilan asing selalu ada dua. Lapisan luar dijaga oleh personel Wujing di bawah Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA), sedangkan lapisan dalam oleh staf kedutaan.
Di KBRI ada dua pintu gerbang di lapisan dalam. Satu pintu yang berada sebelah timur jarang sekali dibuka kecuali jika ada hajatan besar.
Baca juga: Komunitas Nanshan, jejak Bali-Indonesia di Fujian China
Pada peringatan Hari Ulang Tahun Ke-76 Republik Indonesia, Selasa pagi, pintu gerbang timur dibuka sekitar 15 menit sebelum upacara pengibaran bendera Merah Putih dimulai.
Namun, sejak pintu dibuka pada pagi hari itu, hanya sepasang suami istri yang datang ke KBRI Beijing dan mengisi buku presensi melalui pintu itu.
Beberapa orang yang datang lebih pagi masih bisa memasuki halaman melalui pintu gerbang utama di dekat dengan pos pengamanan dalam.
Pemandangan ini kontras dengan tahun-tahun sebelum pandemi COVID-19 yang selalu dihiasi antrean ratusan warga negara Indonesia. Tepat pukul 09.00 waktu setempat (08.00 WIB), upacara peringatan HUT RI di KBRI Beijing dimulai. Upacaranya singkat, tidak lebih dari 20 menit. Penaikan bendera Merah Putih oleh pasukan pengibar bendera tetap menjadi acara yang sakral.
Kurangnya, hanya pada aubade karena memang terbatasnya jumlah WNI yang masih bertahan di China sejak pandemi melanda negara berpenduduk terbanyak di dunia itu pada awal 2020 yang bersamaan dengan liburan pertengahan semester.
Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta, Indonesia Pusaka, dan lagu-lagu nasional lainnya diputar melalui perangkat digital. Biasanya lagu-lagu ini dibawakan oleh tim aubade yang berbaris di bagian barat halaman KBRI.
"Suasananya memang beda, kami kekurangan personel pendukung," kata Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun.
Baca juga: Lonjakan COVID-19 varian Delta, China beri bantuan medis dan vaksin senilai 7,8 juta dolar
Saat ini di China diperkirakan masih ada 1.400 WNI yang mayoritas kalangan pelajar. Tersisa sekitar 10 persen dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Wajar pula jika upacara peringatan HUT Ke-76 RI di KBRI Beijing pada Selasa pagi itu hanya diikuti sekitar 100 orang. Pada tahun-tahun sebelumnya bisa sampai 600 orang.
Pakaian Adat
Upacara 17-an di KBRI Beijing tahun ini juga berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Pimpinan dan staf yang mengikuti upacara mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia.
Dubes sendiri yang bertindak selaku inspektur upacara mengenakan pakaian khas Maluku, sedangkan Wakil Dubes Dino R. Kusnadi dengan pakaian tradisional Sunda. Pakaian yang dikenakan kedua diplomat senior tersebut sesuai dengan daerah asal masing-masing.
Hanya jajaran Atase Pertahanan yang mengenakan pakaian dinas militer sesuai kesatuan matranya masing-masing, termasuk Atase Laut Kolonel TNI (Mar) Siswo Harsono yang pada pagi hari itu bertidak selaku komandan upacara.
Jajaran atase dan staf lainnya ada yang mengenakan pakaian adat Madura, Jawa, Betawi, Bali, Lampung, Papua, dan Dayak.
Selebihnya mengenakan pakaian batik karena memang KBRI Beijing dalam surat edaran tertanggal 13 Agustus 2021 mencantumkan jenis pakaian yang dikenakan saat upacara, yakni nasional, adat, dan batik.
Baca juga: Konjen RRT Denpasar serahkan beasiswa kepada 196 siswa dan guru
Aubade boleh tidak ada. Akan tetapi, panggung hiburan tetap diadakan meskipun dalam skala yang lebih kecil dibandingkan dengan peringatan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya.
Pengisi panggung hanya dari kalangan staf KBRI Beijing. Itu pun acara musik. Tidak seperti dahulu yang acaranya beragam, bahkan harus mengundang secara khusus penampil dari Jakarta.
Walau digelar serba sederhana dan minimalis, kekhidmatan dan kebersamaan antar-WNI di Beijing pada peringatan HUT Ke-76 RI tidak berkurang.
Kursi di depan panggung hiburan di halaman Wisma Duta, penuh oleh penonton. Beberapa WNI datang berkelompok selepas upacara dan langsung menuju halaman Wisma Duta yang berada dalam satu kompleks dengan KBRI.
"Sudah lama sekali ya kita ga bertemu," ucap staf KBRI sambil memeluk seorang WNI untuk melepas kerinduan yang lama terpendam.
Mereka pun foto bersama dalam momen yang berlangsung tidak lama itu dengan berbagai latar.
Sebagian dari WNI ada yang membawa serta anak-anaknya yang di antaranya bercakap dengan orang tuanya tidak menggunakan bahasa Indonesia.
Meskipun demikian, mereka sangat puas dan bangga tentunya bisa mengenalkan akar budaya dan jati diri bangsa kepada anak-anak yang dilahirkan dari pasangan atau suami bukan sebangsa itu.
Melalui lagu-lagu populer yang dibawakan para penampil dari kalangan pimpinan dan staf KBRI Beijing serta tarian yang dibawakan beberapa anak staf KBRI pada siang itu menjadi media untuk mengenalkan budaya Nusantara kepada anak-anak hasil perkawinan campuran.
Makanan tradisional, seperti soto Wonosobo, rendang, sayur nangka, klepon, dan serabi yang tersaji tidak saja menjadi penawar rindu kuliner khas Nusantara melainkan juga pengikat rasa cinta Tanah Air.
17 Agustus jadi ajang melepas kangen di Beijing
Kamis, 19 Agustus 2021 8:46 WIB