Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika mendukung upaya-upaya pengembangan lebah yang disinergikan dengan pertanian organik di Pulau Dewata karena akan bermanfaat bagi kesehatan dan lingkungan.
"Program pemberdayaan lebah sesungguhnya sejalan dengan program Simantri (Sistem Pertanian Terintegrasi-red) yang dulu saya gagas ketika masih menjadi Gubernur Bali," kata Pastika di Denpasar, Sabtu (24/7).
Anggota Komite 2 DPD itu mengatakan dalam penyerapan aspirasi bertajuk "Pemberdayaan Lebah sebagai Upaya Penyelamatan Dunia" itu, maka dengan keanekaragaman jenis lebah yang dimiliki Bali, memang seharusnya lebih dikembangkan.
"Saya sangat tertarik, apalagi lebah dikatakan bisa ikut menyelamatkan dunia," ucap Pastika yang juga anggota BLUD DPD tersebut.
Selain itu, dengan pengembangan Simantri, juga dapat menggerakkan ekonomi kerakyatan dan membantu ketersediaan pestisida dan pupuk organik. Terlebih dengan kondisi pandemi COVID-19 yang mengedepankan pentingnya kesehatan.
Bahkan dia berharap agar perguruan tinggi juga ikut mendukung berbagai upaya pengembangan lebah di Pulau Dewata.
Sementara itu, Kelompok Sahabat Lebah Wayan Adriana atau yang biasa disapa Yan Bali mengaku telah memelihara lebah sudah tujuh tahun dan merasakan banyak manfaat yang bisa didapatkan dari memelihara lebah.
"Bukan dari panen madu, tetapi yang terpenting dari sisi kesehatan. Beternak lebah merupakan agama baru bagi keluarga kami. Dari sisi kesehatan, dengan memelihara lebah kita bisa menghirup aroma koloni lebah, sekaligus bisa menggunakan terapi lebah yang memang dulu kerap dilakukan para leluhur kita ," ucapnya.
Yan Bali beserta anak dan istrinya, yang sebelumnya sakit-sakitan dan kerap harus bolak-balik ke dokter untuk berobat, setelah memelihara lebah, kondisinya menjadi lebih sehat.
Mengutip hasil penelitian dari berbagai sumber, lanjut dia, lebah merupakan makhluk yang terpenting di muka bumi karena hasil pertanian kita, sekitar 70 persennya merupakan hasil jasa lebah yang membantu proses penyerbukanya.
"Tetapi, kini keberadaan lebah banyak menghadapi tantangan baik karena over eksploitasi, adanya penggunaan pestisida serta pengaruh iklim," ucapnya.
Yan Bali mengkhawatirkan masuknya lebah luar ke Bali seperti dari Sumatera dan Kalimantan yang bisa membawa penyakit. Oleh karena itu, perlu ada regulasi tentang jual-beli untuk melindungi lebah di Bali. Kalau lebah sampai punah dampaknya jauh lebih besar dari COVID-19.
"Masyarakat umum lebih mengenal madu dari lebah saja. Mereka belum tahu manfaat lainnya yang jauh lebih besar baik untuk keberlanjutan lingkungan hidup dan kesehatan. Selain membantu penyerbukan, lebah merupakan penghasil madu, serbuk sari (polen), royal jelly, propolis serta lilin lebah yang sangat bermanfaat bagi beragam kesehatan dengan nilai ekonomis tidak kecil," katanya.
Dosen Pertanian Unud Putu Sudiarta mengakui manfaat lebah begitu besar bagi kehidupan, khususnya untuk pertanian. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan pertanian yang ramah lingkungan dan tanaman yang beragam sehingga dapat menjamin pakan lebah.
Guru besar Universitas Negeri Yogyakarta Prof Dr I Gusti Putu Suryadarma mengapresiasi dedikasi Yan Bali dalam menekuni dunia lebah.
Dalam kesempatan tersebut juga diisi penyerahan bantuan sembako kepada kelompok petani dari Made Mangku Pastika yang diwakili oleh Ketut Ngastawa.
Pastika dukung pengembangan lebah untuk kesehatan
Minggu, 25 Juli 2021 20:53 WIB