Denpasar (Antaranews Bali) - Kesenian kuno "Palegongan Saih Lima" dari Desa Poh Gading, Kota Denpasar mampu memukau penonton Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 Tahun 2018 di Taman Budaya Bali, Jumat.
Kesenian kuno "Palengongan Saih Lima" telah dilakukan rekonstruksi oleh Pemerintah Kota Denpasar dalam upaya pelestarian seni budaya yang ada di kota setempat.
Koordinator Sekaa (kelompok) Kesenian Denpasar, I Wayan Sudiana, mengatakan Banjar Binoh merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan kesenian palegongan di Kota Denpasar.
Ia mengatakan ciri khas yang mencolok dari Palegongan Binoh adalah jenis "gamelan saih lima" dengan gantungan rotan di setiap ujung gamelan.
"Kalau masyarakat melihat 'gamelan saih lima' dengan gantungan rotan itu pasti dari Binoh dan gamelannya juga telah berusia sangat tua," ujarnya.
Terkait dengan persiapan, walaupun materi yang dibawakan sebanyak empat tabuh dan tari, pihaknya mengatakan diperlukan rasa dalam membawakan kesenian dengan ciri khas tertentu.
"Memahami rasa dalam membawakan tabuh inilah yang cukup lama, termasuk menyesuaian antara tabuh dan suara gerong. Kalau hanya menabuh saja, saya rasa sudah jauh-jauh hari siap, tapi kami berupaya mampu menampilkan kesenian yang bisa memberikan kesan khas sebagaimana yang diketahui masyarakat tentang Palegongan Binoh, baik itu 'koteknya, gedignya, dan pakem-pakem," katanya.
Sementara itu, tokoh seni Sekaa Palegongan Binoh, I Made Djesna Winada, mengatakan penampilan tabuh tersebut merupakan regenerasi "Palegongan Binoh", Banjar Binoh Kaja.
Suksesnya penampilan tahun ini tak lepas dari kepedulian dan partisipasi seluruh masyarakat Banjar Binoh Kaja untuk kembali membangkitkan kesenian legong klasik.
Djesna mengatakan keberadaan seni palegongan yang kini telah memasuki regenarasi ketiga ini telah berhasil merekontruksi berbagai kesenian palegongan dengan pakem khas Binoh.
Beberapa diantaranya seperti Tabuh Gegambangan dan Kebyat-Kebyut yang merupakan karya maestro palegongan I Wayan Lotring.
"Kami di Binoh mempunyai pakem palegongan tersendiri dengan gamelan saih lima, selain itu, Binoh juga merupakan salah satu desa yang memiliki kesenian legong yang khas di Kota Denpasar," tutur Djesna.
Seorang penabuh Satria Wicaksana mengaku bangga dapat turut andil dalam melestarikan kesenian khas di Banjar Binoh Kaja. Sebagai generasi muda tentu pihaknya berharap semakin banyak anak-anak yang mau melestarikan legong.
"Saya senang dapat menjadi bagian pelestarian seni di Banjar Binoh Kaja yang merupakan kesenian palegongan khas di Kota Denpasar," katanya.
Duta Denpasar Juara III
Sementara itu, Pengrajin Duta Kota Denpasar, Wayan Ariana meraih juara III membuat "dulang tempat genta atau bajra" dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 tahun 2018 di Taman Budaya Bali.
Koordinator Duta Kota Denpasar, I Wayan Marya, mengatakan I Wayan Ariana pantas meraih juara, karena dalam perlombaan itu terlihat lugas membuat dulang tempat genta.
Meski pembuatannya sangat susah, namun Wayan Ariana sangat menikmati pembuatan tempat genta sambil bercanda gurau dengan duta Kota Denpasar lainnya, yakni I Wayan Sondra dan I Made Weti.
Ia mengatakan, dalam lomba tersebut I Wayan Ariana membuat dulang tempat genta dengan multi fungsi yakni sebagai alas sekalipun penutupnya. Hal itu dilakukan karena dalam lomba tersebut panitia telah menentukan ukuran dulang yakni panjang 15 centimeter dan lebar 15 cm dengan tinggi 20 cm.
Ide membuat tempat bajra yang di modifikasi, dengan memiliki makna dua fungsional agar fleksibel karena tutupnya dibalik akan menjadi alas genta. Kalau dibalik kembali akan berfungsi sebagai penutup genta.
Selain memiliki dua fungsi, kata dia, juara tersebut bisa diraih karena menampilkan motif yang tradisional. Namun finising masih menggunakan prade dan natural kayunya masih kelihatan.
Dengan mengikuti lomba dan meraih juara, Ariana berharap bisa memberikan motivasi kepada pengerajin agar terus mencari inovasi dan menggali potensi tetap menekuni kerajinan. "Melalui lomba tersebut kami berharap bisa terus mempertahankan seni kebudayaan dan menekuni seni kerajinan," ucapnya.
Sementara itu, juri lomba tersebut, Ketut Buda mengatakan lomba kerajinan membuat dulang tempat genta diselenggarakan dalam upaya kreatif melestarikan budaya daerah sebagai bagian dari budaya nasional. Sehingga dalam lomba itu pun yang dinilai adalah seni kerajinan, desain dan bentuknya.
Dari segi seni yang dilihat adalah ide atau gagasan. Sedangkan untuk bentuknya dilihat dari pola, proporsi, ornamen, warna dan keseimbangan komposisi sehingga benda itu menjadi yang indah keseimbangan. Penilaian juga dilihat dari cara pengerjaannya yaitu mengukir dan membuat pola.
Ariana mengaku tidak menyangka meraih juara III. Menurut dia peserta lain karya-karyanya sangatlah bagus-bagus. "Maka dari itu saya sangat bersyukur bisa meraih juara III, semoga karya saya bisa memberi motivasi kepada perajin lain agar inovatif dan kreatif," ucapnya. (ed)
Kesenian kuno "Palegongan Saih Lima" Denpasar pukau penonton PKB
Jumat, 29 Juni 2018 20:12 WIB