Denpasar (Antara Bali) - Ketua Komisi I DPRD Bali Made Arjaya mengharapkan, lembaga penyiaran lokal yang ada di Bali hendaknya mampu mempertahankan budaya Bali di tengah derasnya gempuran gelombang kapitalisasi global.
Ketika menjadi panelis dalam acara evaluasi dengar pendapat antara Bali Indera Global Televisi (BIG tv) dengan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali, di Denpasar, Rabu, Arjaya mengatakan, BIG TV sebagai salah satu pemohon izin penyiaran diharapkan nantinya mampu bersaing dengan lembaga penyiaran, baik lokal dan nasional yang telah ada.
"Jangan sampai terjadi hal yang sama dengan televisi lokal yang ada. Mengatasnamakan televisi lokal, namun minim isi siaran lokal dan tayangan iklannya mayoritas produk-produk luar negeri," ujarnya.
Inilah, kata Arjaya, diperlukan strategi dari manajemen stasiun televisi dan kebijakan redaksional agar tidak mudah tergerus dengan kepentingan pemilik modal asing.
"Dapat mengemas sisi bisnis, namun tidak tercerabut dari idealisme mempertahankan budaya Bali. Kami tidak ingin keberadaan media lokal seakan menjadi boneka dan ditunggangi kepentingan pemilik modal yang lebih besar," tegas Arjaya.
Arjaya juga sempat melontarkan nada pesimismenya, dapatkah BIG TV dan lembaga penyiaran lainnya yang akan bersiaran di Bali mampu mempertahankan idealisme.
Menurutnya bisnis media pertelevisian merupakan bisnis yang sangat kanibal, siapa yang kuat itulah yang dapat bertahan dan eksis.
Sementara itu, I Ketut Sumarta, perwakilan Majelis Utama Desa Pakraman Provinsi Bali, menyebut kehadiran lembaga penyiaran baru menjadi alternatif pilihan yang semakin beragam bagi masyarakat.
"Yang patut diingat, akan dibawa ke mana kemasan budaya Bali yang akan ditampilkan, jangan malah justru menampilkan Bali dari sisi konvensional dan destruktif. Bukankah siaran televisi selain memberi dampak positif juga sekaligus dampak negatif," ucapnya mempertanyakan.
Sumarta pun berharap agar lembaga penyiaran tidak menjadikan masyarakat Bali sebagai korban. "Ketika masyarakat ingin ditayangkan dalam siaran televisi, justru seringkali mereka harus membayar dalam jumlah yang tidak sedikit," ujarnya.
Ia mengatakan, penting keberpihakan dan komitmen pemilik media secara sosiologis kepada masyarakat selain memberikan informasi yang bersifat solutif dan konstruktif.(*)
Pertahankan Budaya Bali Dari Gempuran Kapitalis
Rabu, 27 Juli 2011 16:48 WIB