Paris (Antara Bali) - Amerika Serikat pada Kamis mengumumkan bahwa
negara itu keluar dari keanggotaan Badan PBB untuk Kebudayaan dan
Pendidikan (UNESCO). AS mengeluhkan cara organisasi itu dijalankan serta sikap, yang digambarkan AS sebagai bias terhadap Israel.
"Tidak mudah untuk mengambil keputusan ini. (Keputusan ini)
menggambarkan keprihatinan AS terhadap tunggakan pembayaran yang
menggunung di UNESCO, perlunya reformasi mendasar di dalam organisasi
ini, serta bias anti-Israel yang terus berlanjut," kata juru bicara
Departemen Luar Negeri Heather Nauert dalam pernyataan.
AS merupakan penyumbang seperlima pendanaan UNESCO. Setiap tahun, AS memberikan 80 juta dolar (sekitar Rp1,08 triliun). Pencabutan keanggotaan AS merupakan pukulan keras bagi organisasi yang bermarkas di Paris itu.
UNESCO mulai menjalankan kegiatan pada 1946 dan selama ini dikenal
sebagai lembaga yang menetapkan situs-situs Warisan Dunia, seperti kota
kuno Palmyra di Suriah dan Taman Nasional Grand Canyon di AS.
Menurut peraturan UNESCO, pengunduran diri itu mulai berlaku pada
akhir Desember 2018. Hingga tiba saatnya nanti, Amerika masih terikat
sebagai anggota penuh.
Organisasi dunia, yang mempekerjakan sekitar 2.000 orang di seluruh
dunia dan sebagian besar di antaranya di Paris, itu telah sekian lama
menjadi sasaran kecaman soal penggunaan sumber dayanya serta
resolusi-resolusi yang dianggap Israel dan sejumlah negara lainnya
sebagai sikap yang bias.
Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova menyatakan kecewa atas keputusan AS itu. "Pada saat berbagai konflik terus mengoyak masyarakat di seluruh
duni, sangat disayangkan bahwa Amerika Serikat mengundurkan diri dari
badan Perserikatan Bangsa-bangsa yang mendorong pendidikan untuk
perdamaian dan melindungi kebudayaan yang terancam," katanya.
"(Keputusan AS mundur dari UNESCO) ini merupakan kehilangan bagi
keluarga Perserikatan Bangsa-bangsa. (Keputusan) ini adalah kerugian
bagi multilateralisme."
UNESCO sedang berada dalam proses untuk memilih kepala baru, yang
prioritasnya akan berupa menghidupkan kembali berbagai kekayaan
organisasi itu.
Langkah AS tersebut menggarisbawahi ketidakpercayaan yang
dinyatakan Presiden Donald Trump bahwa Amerika Serikat tetap perlu
mengikatkan diri dengan badan-badan multilateral. Donald Trump telah menggaungkan kebijakan "Amerika Terlebih
Dahulu", yang lebih mendahulukan kepentingan ekonomi dan nasional AS
dibandingkan komitmen internasional.
Sejak Trump menjabat sebagai presiden, Amerika Serikat telah
meninggalkan perundingan perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik, menarik
diri dari kesepakatan Paris soal iklim serta membuka upaya merundingkan
kembali kesepakatan perdagangan dengan Kanada dan Meksiko (NAFTA), yang
telah berlangsung puluhan tahun.
Para diplomat mengemukakan kekhawatiran soal mundurnya AS dari UNESCO,
demikian Reuters melaporkan. (WDY)
AS Menyatakan Keluar dari UNESCO
Jumat, 13 Oktober 2017 7:20 WIB