New York (Antara Bali) - Konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) mengundang peserta istimewa berpenampilan cantik saat membahas
tentang pembangunan berkelanjutan.
Peserta yang
hadir mungkin menganggap wanita tersebut adalah salah satu peserta,
jika mereka tidak memperhatikan kerlap-kerlip lampu dan kabel
warna-warni yang ada di punggung dan kepalanya.
Sophia
atau Sophy, demikian nama yang diberikan penciptanya kepada robot
cantik itu, berhasil memperkuat tema yang sedang dibahas, yakni
Pembangunan Berkelanjutan di Era Perubahan Teknologi yang Cepat.
Sophy adalah robot humanoid wanita yang dikembangkan oleh Hanson Robotics.
Secara
luas diakui bahwa kecepatan dan kemajuan teknologi semakin meningkat.
Pada 2030, tahun di mana target untuk mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan, dunia akan mengalami perubahan dalam ranah interaksi
manusia sehari-hari.
Banyak perubahan yang
telah terjadi memiliki dampak mendalam pada ekonomi, masyarakat dan
ekosistem kita, kata para peserta pada pertemuan tersebut.
Proses pengolahan industri menjadi semakin otomatis dan robotik, di mana campur tangan manusia semakin terbatas.
Pertumbuhan
yang cepat dalam kumpulan data yang besar, termasuk kapasitas
penyimpanan dan penggunaannya, menawarkan sumber baru untuk penelitian,
analisis dan pemecahan masalah, sekaligus dapat digunakan oleh penjahat
siber.
Sistem komputasi yang difasilitasi oleh
kemajuan internet yang berkolaborasi dengan 5G, data besar dan nanotech,
juga akan menjadi pendorong utama perubahan.
"Kita
mungkin benar-benar berada di awal dari apa yang telah disebut sebagai
'Revolusi Industri Keempat'," demikian penyelenggara mencatat seperti
dikutip Xinhua.
Di banyak bidang ini,
pertanyaan etika muncul seputar potensi kemajuan teknologi untuk
melampaui kebijakan serta peraturan, dan dalam prosesnya, merongrong
norma-norma sosial.
Sementara, banyak kemajuan
menjanjikan komitmen besar untuk pembangunan berkelanjutan dan
pemberantasan kemiskinan, mereka juga berisiko meninggalkan sebagian
besar dunia dalam konteks global di mana ketidaksetaraan telah dirasakan
secara tajam.
Untuk mengatasi tantangan ini
dan menempa solusi untuk menggunakan perubahan teknologi sebagai
katalisator bagi pembangunan inklusif, Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC)
dan Komite Kedua Majelis Umum akan menyelenggarakan sebuah pertemuan
gabungan mengenai "Masa Depan Segalanya - Pembangunan Berkelanjutan di
Era Perubahan Teknologi Cepat. "
Diskusi akan
fokus pada praktik terbaik dan inisiatif baru sehubungan dengan
perkembangan terakhir di bidang ini, termasuk bagaimana pembuat
kebijakan dan mitranya dapat memanfaatkan kemajuan sains dan teknologi,
sambil meminimalkan konsekuensi negatif. (WDY)
Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta