"Saya mengapresiasi pelaksanaan ngaben massal yang dilaksanakan di Desa Pakraman Joanyar Kajanan ini, karena dilaksanakan secara bersama-sama dan sekaligus akan dapat meringankan biaya yang dikeluarkan," kata Sudikerta di sela-sela acara tersebut di Singaraja, Buleleng, Jumat.
Menurut dia, Ngaben sebagai salah satu upacara Pitra Yadnya dan rangkaiannya bagi arwah leluhur merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Hindu di Bali sebagai bentuk bakti, penghormatan dan membayar hutang sebagai anak yang telah dibesarkan oleh para leluhur sesuai ajaran Tri Rna.
"Kita harus mengetahui juga apa tujuan yadnya (persembahan) yang kita laksanakan. Jangan hanya `nak mula keto` (memang begitu), sudah seharusnya kita paham dan mengerti akan yadnya yang kita laksanakan. Karena yadnya akan memerlukan biaya yang tidak sedikit, agar jangan sampai mubazir karena ketidaktahuan kita," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Sudikerta juga mengingatkan agar masyarakat Bali dalam melaksanakan upacara yadnya hendakanya dilaksanakan secara tulus ikhlas, tanpa harus mengutamakan gengsi yang berlebihan. Dengan demikian, tidak akan memunculkan persaingan individual baik dalam tingkat "bebantenan" atau sesajen maupun yang lainnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Ngaben Massal Wayan Tama mengucapkan terima kasih atas kehadiran Wagub Sudikerta. Menurut Wayan Tama, hal ini sebagai bentuk kepedulian pemimpin terhadap masyarakatnya.
Ngaben massal di Desa Pakraman Joanyar Kajanan diselenggarakan setiap lima tahun sekali. Untuk tahun ini, biaya yang harus dikeluarkan setiap keluarga yang ingin mengabenkan anggota keluarganya sebesar Rp3,3 juta. Puncak upacara akan berlangsung pada 2 Juli 2017. (WDY)