Jakarta (Antara Bali) - Dalam rangka memperingati Hari Epilepsi
Dunia (World Purple Day) yang jatuh pada tanggal 26 Maret lalu, Siloam
Hospitals Lippo Village (SHLV) menggelar Seminar Awam Memperingati Hari
Epilepsi dengan tema “Kupas Tuntas Mitos dan Pengobatan Epilepsiâ€.
Dokter
Jeffry Oeswadi, MARS, vice CEO SHLV menyampaikan pentingnya
menyampaikan kepada masyarakat bahwa epilepsi bukan penyakit menular dan
bukan penyakit kutukan.
“Seminar ini digelar
karena melihat banyak mitos beredar di masyarakat yang menganggap
epilepsi sebagai penyakit kutukan dan penyakit menular,†papar dr.
Jeffry Oeswadi, MARS, vice CEO SHLV.
“Padahal,
sebenarnya epilepsi dapat dikontrol dengan minum obat teratur serta
rutin kontrol pengobatan yang baik sesuai kondisi pasien. Penyandang
epilepsy juga dapat hidup dan bekerja seperti orang kebanyakan, “ imbuh
dr. Jeffry Oeswadi, MARS melalui keterangan tertulisnya di Jakarta,
Senin.
Tak dapat dipungkiri, sebagian
masyarakat masih belum paham tentang apa itu epilepsy dan bagaimana
seharusnya penanganannya, bahkan pasien dan keluarga masih malu dan
menutupi bila ada anggota keluarga dengan epilepsi.
Karenanya
seminar yang diadakan Siloam Hospitals Lippo Village (SHLV) turut
memperlengkapi informasi kepada masyarakat awam mengenai strategi
pengobatan dan motivasi agar jangan memberi stigma negatif terhadap
penyandang epilepsi.
Epilepsi merupakan
penyakit neurologis atau terjadi gangguan pada otak. Sayangnya, serangan
epilepsi seperti kejang terkadang dianggap bukan suatu penyakit.
Kurangnya pengetahuan masyarakat, menyebabkan orang dengan epilepsi
terlambat ditangani dan mendapat stigma atau pandangan negatif.
Pada
kesempatan yang sama, Dr. dr. Vivien Puspitasari, Sp.S., ahli
spesialis saraf dari SHLV Mengatakan, di seluruh dunia terdapat 4 - 10
penduduk penyandang epilepsi per 10.000 penduduk pertahun.
Sedangkan
di Indonesia dari sekitar 250 juta penduduk, terdapat 1,5 juta jiwa
hingga 2,4 juta jiwa penyandang epilepsi yang memerlukan pengobatan.
Proses
penanganan pasien tidak cukup hanya menangani pasien saja, akan tetapi
yang paling penting yaitu orang terdekat yang tinggal serumah dengan
pasien, seperti orang tua, anak, keluarga terdekat.