Singaraja (Antara Bali) - Harga cabai kecil di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, kini menembus harga Rp130 ribu per kilogram sehingga banyak dikeluhkan kalangan pedagang dan para pembeli di wilayah itu.
"Harga belum turun sejak bencana alam yang terjadi beberapa waktu lalu. Sempat memang naik jauh sampai Rp150.000 per kilogram, kini mandeg pada harga Rp120 ribu sampai Rp130 ribu per kilogram," kata Luh Supadmi, salah satu pedagang di Pasar Banyuasri, Sabtu.
Ia mengatakan, pihaknya tidak dapat berbuat banyak dan mengharapkan adanya perhatian pemerintah daerah segera melakukan tindakan dengan melakukan operasi pasar atau sejenisnya.
Supadmi mengungkapkan, akibat mahalnnya harga cabai menyebabkan dirinya kehilangan banyak langganan. Bukan hanya itu saja, omzet menurun karena memang cabai salah satu kebutuhan pokok yang banyak dicari.
"Turun memang omzet saya karena cabai mahal. Turunnya sekitar 30 persen lebih. Harapannya harga segera stabil sehingga kembali seperti sedia kala, langganan juga kembali datang," harapnya.
Ia juga menambahkan, pedagang mengalami kerugian jika terus harga cabai mahal. Cabai yang didiamkan dalam waktu lama akan cepat mengalami pembusukan sehingga tidak dapat dijual.
"Kadang kala kalau harga terlalu mahal sedikit yang beli. Apalagi pedagang kecil seperti saya yang harus membeli cabai dari pengepul dulu. Kalau sudah lama pasti busuk," terangnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat harga cabai yang meningkat hingga mencapai Rp130.000 per kilogram menjadi salah satu pemicu inflasi di Kota Singaraja, ibu kota Kabupaten Buleleng hingga sebesar 0,79 persen dalam bulan Februari 2017.
Inflasi Kota Singaraja 0,79 persen terjadi dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 138,60. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Februari 2017) sebesar 2,59 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun, yakni Februari 2017 terhadap Februari 2016 sebesar 6,48 persen. (WDY)
Harga Cabai di Buleleng Tembus Rp130 Ribu/Kg
Sabtu, 4 Maret 2017 18:24 WIB