Jakarta (Antara Bali) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
menegaskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus menjadi
instrumen fiskal yang terpercaya dan kredibel agar berdampak positif
kepada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
"Kami ingin APBN menjadi instrumen fiskal yang kredibel, yaitu
yang dipercaya. Kalau dipercaya, artinya what you say, its what to
happen," kata Sri Mulyani dalam acara Rapat Kerja Kementerian Keuangan
2017 di Jakarta, Selasa.
Sri Mulyani menjelaskan pengelolaan APBN dengan lebih akuntabel
menjadi penting karena saat ini kondisi lebih transparan dan defisit
anggaran harus dijaga agar tidak melebihi target yang diperkenankan
dalam UU yaitu tiga persen terhadap PDB.
Ia menambahkan upaya itu telah dilakukan pemerintah tahun lalu
dengan melakukan penyesuaian dalam postur belanja kementerian lembaga,
setelah penerimaan dari sektor pajak diperkirakan tidak mencapai target
karena berbagai hal.
"Dalam mengelola APBN, penerimaan tidak harus persis, tapi
belanjanya persis. Jadi hidup kita jadi tidak pasti, maka ini harus kita
kelola. Kami belajar sangat banyak dari 2016. Kami harapkan 2017, bisa
tercipta kepastian yang lebih baik," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank
Dunia ini.
Sri Mulyani memastikan salah satu upaya untuk menjaga kinerja
anggaran agar lebih kredibel adalah dengan melakukan optimalisasi
penerimaan pajak, yang selama ini realisasinya selalu di bawah target
yang ditetapkan dalam APBN.
"Pajak terhadap PDB hanya 10 persen atau hampir 11 persen.
Indonesia termasuk yang sangat kecil tax rationya. Orang katakan itu
jelek, atau potensi untuk menjadi bagus. Saya ingin kita implementasikan
keduanya, dengan menaikkan kemampuan untuk meningkatkan penerimaan,"
katanya.
Selain itu, tambah dia, mewaspadai risiko global dengan
memperhatikan kondisi ekonomi di Amerika Serikat maupun Tiongkok juga
penting, karena secara tidak langsung hal tersebut bisa mempengaruhi
kondisi kredibilitas APBN.
"Lingkungan global masih sangat tidak pasti, dan saya lihat
pertumbuhan ekonomi di 2014-2016 masih early recovery, maka perlu
berhati-hati untuk desain APBN 2017. Apalagi ada faktor shock karena
penerimaan negara tidak mencapai target," kata Sri Mulyani.
Dengan penyusunan APBN yang lebih realistis tersebut, maka APBN
tidak hanya menjadi instrumen yang bisa membawa dampak positif terhadap
pembangunan, namun juga bisa menjawab persoalan terkait kesenjangan,
kemiskinan maupun pengangguran. (WDY)
Menkeu: APBN Harus Jadi Instrumen Fiskal Terpercaya
Rabu, 11 Januari 2017 9:40 WIB