Denpasar (Antara Bali) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah Bali menggelar rapat koordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan inflasi menjelang Natal dan Tahun Baru 2017.
"Menjelang Natal dan Tahun Baru, tekanan inflasi di daerah kita diperkirakan akan meningkat khususnya pada seluruh kelompok bahan pangan," kata Wakil Gubernur Ketut Sudikerta yang juga Ketua TPID Bali saat menggelar rakor dengan tim TPID sektor distribusi se-Provinsi, di Denpasar, Rabu.
Sudikerta mengatakan bahwa inflasi Bali pada bulan November 2016 tercatat sebesar 0,37 persen, dan angka tersebut tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,47 persen (month to month).
Sedangkan secara tahunan inflasi Bali sebesar 3,61 persen (yoy), sementara nasional sebesar 3,58 persen (yoy) . Namun bila dilihat lebih mendalam inflasi di Bali secara spasial (pada kabupaten percontohan), inflasi Kota Denpasar tercatat sebesar 0,28 persen (mtm) sementara Kota Singaraja sebesar 0,78 persen (mtm).
Besaran angka inflasi tersebut masih berpotensi untuk mengalami kenaikan pada akhir tahun, terlebih tekanan inflasi di Provinsi Bali didorong oleh kelompok inflasi komponen bergejolak atau "volatile food", di mana inflasi yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
Untuk menanggulangi hal tersebut, Sudikerta minta kepada seluruh pemangku kepentingan khususnya yang tergabung dalam TPID se-Provinsi Bali untuk dapat saling bekerja sama dan saling berkoordinasi dalam mencapai 4K yang meliputi ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi ekspektasi.
Dalam upaya menjamin ketersediaan pasokan, diharapkan seluruh tim bersama-sama membangun, memperkuat serta menjaga ketersediaan pasokan kebutuhan pokok.
Selanjutnya menguatkan komitmen dan merealisasikan kerja sama perdagangan dengan daerah pemasok, agar menjelang Natal dan Tahun Baru tidak terjadi kelangkaan pangan yang menyebabkan tingginya harga pangan.
TPID juga diminta dapat bekerja sama untuk menjaga kestabilan harga, dengan melakukan transparansi proses pembentukan harga serta menggalakkan program stabilisasi harga dengan cara pemantauan harga harian, sidak serta operasi pasar murah.
Sudikerta juga minta kerja sama semua pihak terkait kelancaran distribusi dengan cara peningkatan dan pembenahan infrastruktur distribusi/trasportasi dan pertanian.
Di samping itu, seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat menjalin kerja sama yang kooperatif dalam kelancaran dan keamanan distribusi barang (termasuk pemberantasan penimbunan stok).
Selanjutnya agar seluruh pihak dapat menjaga komunikasi ekspektasi dengan cara mengembangkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Sigapura dan memberikan informasi ke masyarakat melalui media terkait pengendalian harga.
"Saya minta seluruh pihak yang tergabung dalam TPID ini untuk menjalankan 4K tersebut, sehingga perkiraan kenaikan laju inflasi dalam menyambut Natal dan Tahun Baru ini dapat diantisipasi dengan maksimal," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Didik Nursetyohadi memperkirakan bahwa laju inflasi pada akhir 2016 akan mengalami kenaikan di atas tahun lalu berkisar diangka plus dan minus lima persen.
Kenaikan inflasi tersebut akibat sumbangan dari berbagai macam kelompok seperti harga bahan pokok diantaranya cabe rawit yang saat ini telah mencapai 50 ribu/kilogram, selain itu harga tiket angkutan udara dan sewa rumah juga turut andil dalam penyumbang inflasi.
Untuk itu, ia berharap kepada seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan kerja keras dalam mengantisipasi laju inflasi tersebut dengan melakukan langkah-langkah konkret di lapangan.
Di sisi lain, Kepala Seksi Tarif Jasa Pelayananan Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Udara RI Meliana Nur menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi lonjakan harga tiket pesawat pihaknya telah menerapkan mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas dan batas bawah penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga yang berjadwal di dalam negeri.
"Misalnya saja pada penerbangan Garuda Denpasar-Jakarta memiliki batas bawah harga tiket senilai Rp500.000 sedangkan batas atas sekitar Rp1.800.000 untuk penumpang kelas ekonomi," ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa Badan Usaha Angkutan Udara harus menetapkan tarif serendah-rendahnya 30 persen dari tarif batas atas sesuai dengan kelompok pelayanan yang diberikan, setelah penetapan tersebut disusun maka BUAU memiliki kewajiban untuk melaporkan tarif tersebut kepada Direktur Jenderal paling lama 15 hari kalender sebelum diberlakukan.
Pihaknya berharap, dengan adanya kebijakan tersebut sumbangan inflasi dari angkutan udara dapat ditekan semaksimal mungkin, sehingga masyarakat dapat menikmati trasportasi penerbangan dengan nyaman. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Menjelang Natal dan Tahun Baru, tekanan inflasi di daerah kita diperkirakan akan meningkat khususnya pada seluruh kelompok bahan pangan," kata Wakil Gubernur Ketut Sudikerta yang juga Ketua TPID Bali saat menggelar rakor dengan tim TPID sektor distribusi se-Provinsi, di Denpasar, Rabu.
Sudikerta mengatakan bahwa inflasi Bali pada bulan November 2016 tercatat sebesar 0,37 persen, dan angka tersebut tercatat masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,47 persen (month to month).
Sedangkan secara tahunan inflasi Bali sebesar 3,61 persen (yoy), sementara nasional sebesar 3,58 persen (yoy) . Namun bila dilihat lebih mendalam inflasi di Bali secara spasial (pada kabupaten percontohan), inflasi Kota Denpasar tercatat sebesar 0,28 persen (mtm) sementara Kota Singaraja sebesar 0,78 persen (mtm).
Besaran angka inflasi tersebut masih berpotensi untuk mengalami kenaikan pada akhir tahun, terlebih tekanan inflasi di Provinsi Bali didorong oleh kelompok inflasi komponen bergejolak atau "volatile food", di mana inflasi yang dominan dipengaruhi oleh kejutan dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
Untuk menanggulangi hal tersebut, Sudikerta minta kepada seluruh pemangku kepentingan khususnya yang tergabung dalam TPID se-Provinsi Bali untuk dapat saling bekerja sama dan saling berkoordinasi dalam mencapai 4K yang meliputi ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi ekspektasi.
Dalam upaya menjamin ketersediaan pasokan, diharapkan seluruh tim bersama-sama membangun, memperkuat serta menjaga ketersediaan pasokan kebutuhan pokok.
Selanjutnya menguatkan komitmen dan merealisasikan kerja sama perdagangan dengan daerah pemasok, agar menjelang Natal dan Tahun Baru tidak terjadi kelangkaan pangan yang menyebabkan tingginya harga pangan.
TPID juga diminta dapat bekerja sama untuk menjaga kestabilan harga, dengan melakukan transparansi proses pembentukan harga serta menggalakkan program stabilisasi harga dengan cara pemantauan harga harian, sidak serta operasi pasar murah.
Sudikerta juga minta kerja sama semua pihak terkait kelancaran distribusi dengan cara peningkatan dan pembenahan infrastruktur distribusi/trasportasi dan pertanian.
Di samping itu, seluruh pemangku kepentingan diharapkan dapat menjalin kerja sama yang kooperatif dalam kelancaran dan keamanan distribusi barang (termasuk pemberantasan penimbunan stok).
Selanjutnya agar seluruh pihak dapat menjaga komunikasi ekspektasi dengan cara mengembangkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Sigapura dan memberikan informasi ke masyarakat melalui media terkait pengendalian harga.
"Saya minta seluruh pihak yang tergabung dalam TPID ini untuk menjalankan 4K tersebut, sehingga perkiraan kenaikan laju inflasi dalam menyambut Natal dan Tahun Baru ini dapat diantisipasi dengan maksimal," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Didik Nursetyohadi memperkirakan bahwa laju inflasi pada akhir 2016 akan mengalami kenaikan di atas tahun lalu berkisar diangka plus dan minus lima persen.
Kenaikan inflasi tersebut akibat sumbangan dari berbagai macam kelompok seperti harga bahan pokok diantaranya cabe rawit yang saat ini telah mencapai 50 ribu/kilogram, selain itu harga tiket angkutan udara dan sewa rumah juga turut andil dalam penyumbang inflasi.
Untuk itu, ia berharap kepada seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan kerja keras dalam mengantisipasi laju inflasi tersebut dengan melakukan langkah-langkah konkret di lapangan.
Di sisi lain, Kepala Seksi Tarif Jasa Pelayananan Angkutan Udara Kementerian Perhubungan Udara RI Meliana Nur menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi lonjakan harga tiket pesawat pihaknya telah menerapkan mekanisme formulasi perhitungan dan penetapan tarif batas atas dan batas bawah penumpang pelayanan kelas ekonomi angkutan udara niaga yang berjadwal di dalam negeri.
"Misalnya saja pada penerbangan Garuda Denpasar-Jakarta memiliki batas bawah harga tiket senilai Rp500.000 sedangkan batas atas sekitar Rp1.800.000 untuk penumpang kelas ekonomi," ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa Badan Usaha Angkutan Udara harus menetapkan tarif serendah-rendahnya 30 persen dari tarif batas atas sesuai dengan kelompok pelayanan yang diberikan, setelah penetapan tersebut disusun maka BUAU memiliki kewajiban untuk melaporkan tarif tersebut kepada Direktur Jenderal paling lama 15 hari kalender sebelum diberlakukan.
Pihaknya berharap, dengan adanya kebijakan tersebut sumbangan inflasi dari angkutan udara dapat ditekan semaksimal mungkin, sehingga masyarakat dapat menikmati trasportasi penerbangan dengan nyaman. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016