Singaraja (Antara Bali) - Kalangan petani di Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali, mengelola pupuk organik yang memiliki nilai jual tinggi sangat bermanfaat bagi masyarakat di daerah itu.
"Kita memproduksi pupuk hampir satu tahun lebih dimana gulma ganggang hijau diambil dari danau memakai perahu kecil," ujar Gede Pasek Sujana (50), seorang petani di Desa Pancasari, Jumat.
Ia mengatakan, pihaknya mengintensifkan konservasi Danau Buyan dimana banyak ditumbuhi ganggang hijau dan belakangan sulit membersihkan membuat petani tergabung dalam kelompok Bulian Amertha Sari berinisiatif mengolah ganggang hijau menjadi pupuk organik.
Dikatakan pula, pembuatan pupuk berdasarkan riset penelitian yang dilakukan balai lingkungan hidup di daerah itu dimana memanfaatkan luasnya ganggang hijau memenuhi Danau Buyan.
"Kami tunggu sampai kering hampir satu minggu dan lalu dimasukan ke karung plastik seberat 10 kilogram, 25 kilogram dan 50 kilogram. Harga pupuk organik Rp1000 per kilogram," kata dia.
Kelompok tani di daerah itu kata dia, kini sedang mengalami berbagai kendala teknis dan membutuhkan bantuan pemerintah Provinsi, Kabupaten atau swasta untuk meningkatkan kualitas pupuk.
Padahal, kata dia, setiap hari mereka (petani) mendapatkan pesanan dalam intensitas cukup tinggi "Terakhir kita produksi pupuk sebanyak dua ton. Kami kewalahan memenuhi pesanan karena mesin pencacah cuman ada satu," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, pihaknya juga mengembangkan pupuk cair dengan hasil kombinasi bahan organik cair, dedak jagung, pupuk oasis dan cacahan enceng gondok dimasukan dalam wadah yang berukuran sedang.
"Bahannya sama dari gulma di Danau Buyan, cuma cairan campuran direndam selama 21 hari. Kami gak ada pakai zat kimia semuanya organik. Produksi pupuk cair pertama kali dikembangkan," tandasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kita memproduksi pupuk hampir satu tahun lebih dimana gulma ganggang hijau diambil dari danau memakai perahu kecil," ujar Gede Pasek Sujana (50), seorang petani di Desa Pancasari, Jumat.
Ia mengatakan, pihaknya mengintensifkan konservasi Danau Buyan dimana banyak ditumbuhi ganggang hijau dan belakangan sulit membersihkan membuat petani tergabung dalam kelompok Bulian Amertha Sari berinisiatif mengolah ganggang hijau menjadi pupuk organik.
Dikatakan pula, pembuatan pupuk berdasarkan riset penelitian yang dilakukan balai lingkungan hidup di daerah itu dimana memanfaatkan luasnya ganggang hijau memenuhi Danau Buyan.
"Kami tunggu sampai kering hampir satu minggu dan lalu dimasukan ke karung plastik seberat 10 kilogram, 25 kilogram dan 50 kilogram. Harga pupuk organik Rp1000 per kilogram," kata dia.
Kelompok tani di daerah itu kata dia, kini sedang mengalami berbagai kendala teknis dan membutuhkan bantuan pemerintah Provinsi, Kabupaten atau swasta untuk meningkatkan kualitas pupuk.
Padahal, kata dia, setiap hari mereka (petani) mendapatkan pesanan dalam intensitas cukup tinggi "Terakhir kita produksi pupuk sebanyak dua ton. Kami kewalahan memenuhi pesanan karena mesin pencacah cuman ada satu," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, pihaknya juga mengembangkan pupuk cair dengan hasil kombinasi bahan organik cair, dedak jagung, pupuk oasis dan cacahan enceng gondok dimasukan dalam wadah yang berukuran sedang.
"Bahannya sama dari gulma di Danau Buyan, cuma cairan campuran direndam selama 21 hari. Kami gak ada pakai zat kimia semuanya organik. Produksi pupuk cair pertama kali dikembangkan," tandasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016