Denpasar (Antara Bali) - Kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali semakin ramai berpengaruh terhadap ekspor perdagangan nonmigas ke negeri itu sehingga perolehan devisa naik hingga 120,68 persen.
"Perdagangan aneka barang kerajinan bernilai seni hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali semakin lancar memasuki pasar Tiongkok," kata Ketut Wijaya, seorang pengusaha sekaligus eksportir di Denpasar, Jumat.
Ia menyebutkan, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat perdagangan nonmigas Pulau Dewata ke Tiongkok bernilai 16,3 juta dolar AS, selama sembilan bulan periode Januari-September 2016, naik 120,68 persen dibanding periode yang sama 2015 hanya tercatat 7,4 juta dolar.
Matadagangan yang banyak dikapalkan pengusaha Bali ke Tiongkok antara lain aneka barang kerajinan berupa perabotan rumah tangga berbahan baku kayu, pakaian jadi bukan rajutan, kerajinan berbahan baku kulit serta ikan dan udang.
Ketut Wijaya yang sering melakukan promosi dengan mengikuti pameran ke mancanegara termasuk ke Tiongkok dan Taiwan menilai bahwa, banyak hal yang perlu dipelajari sehingga barang buatan Bali tetap mampu bersaing memasuki pasaran Tiongkok.
"Konsumen di sana cukup potensial, namun mereka meminta barang berkualitas baik dengan harga murah, sesuai kondisi barang produksi pabrik di negeri itu, maklum pembeli berbeda persepsi dengan pengusaha," ujar Ketut Wijaya.
Pengusaha umumnya menginginkan untuk bisa meraup untung besar, sedangkan para konsumen menginginkan berbagai jenis barang berkualitas dan sesuai perkembangan zaman, tentu dengan harga murah sesuai kondisi ekonominya.
Ketut Wijaya, pria muda itu menyambut baik dunia pariwisata yang semakin gencar dilakukan pemerintah ke Tiongkok akan berdampak besar terhadap perdagangan aneka barang suvenir yang biasa diperlukan wisatawan untuk oleh-oleh pulang ke negaranya.
Untuk mampu mengisi pasar Tiongkok pengusaha Bali berupaya bisa menciptakan aneka barang berkualitas sesuai keinginan konsumen mancanegara yang dibuat dengan rancang bangun (desain) yang unik sehingga diminati konsumen negeri tirai bambu itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Perdagangan aneka barang kerajinan bernilai seni hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali semakin lancar memasuki pasar Tiongkok," kata Ketut Wijaya, seorang pengusaha sekaligus eksportir di Denpasar, Jumat.
Ia menyebutkan, Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat perdagangan nonmigas Pulau Dewata ke Tiongkok bernilai 16,3 juta dolar AS, selama sembilan bulan periode Januari-September 2016, naik 120,68 persen dibanding periode yang sama 2015 hanya tercatat 7,4 juta dolar.
Matadagangan yang banyak dikapalkan pengusaha Bali ke Tiongkok antara lain aneka barang kerajinan berupa perabotan rumah tangga berbahan baku kayu, pakaian jadi bukan rajutan, kerajinan berbahan baku kulit serta ikan dan udang.
Ketut Wijaya yang sering melakukan promosi dengan mengikuti pameran ke mancanegara termasuk ke Tiongkok dan Taiwan menilai bahwa, banyak hal yang perlu dipelajari sehingga barang buatan Bali tetap mampu bersaing memasuki pasaran Tiongkok.
"Konsumen di sana cukup potensial, namun mereka meminta barang berkualitas baik dengan harga murah, sesuai kondisi barang produksi pabrik di negeri itu, maklum pembeli berbeda persepsi dengan pengusaha," ujar Ketut Wijaya.
Pengusaha umumnya menginginkan untuk bisa meraup untung besar, sedangkan para konsumen menginginkan berbagai jenis barang berkualitas dan sesuai perkembangan zaman, tentu dengan harga murah sesuai kondisi ekonominya.
Ketut Wijaya, pria muda itu menyambut baik dunia pariwisata yang semakin gencar dilakukan pemerintah ke Tiongkok akan berdampak besar terhadap perdagangan aneka barang suvenir yang biasa diperlukan wisatawan untuk oleh-oleh pulang ke negaranya.
Untuk mampu mengisi pasar Tiongkok pengusaha Bali berupaya bisa menciptakan aneka barang berkualitas sesuai keinginan konsumen mancanegara yang dibuat dengan rancang bangun (desain) yang unik sehingga diminati konsumen negeri tirai bambu itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016