Cape Canaveral, Florida (Antara Bali/Reuters) - Sebuah sinyal radio yang diterima oleh sebuah teleskop kemungkinan bukan sebuah transmisi dari sebuah kehidupan luar angkasa, namun para pakar astronomi di California meninjau ulang hal tersebut, Institut SETI mengatakan pada Selasa (Rabu WIB).

Sekelompok pakar astronomi Rusia pada tahun lalu mendeteksi apa yang tampak sebagai sebuah sinyal radio non-alami di sebuah lokasi sistem perbintangan yang berjarak 94 tahun cahaya dari Bumi.

Temuan mereka muncul setelah peneliti asal Italia, Claudio Maccone, yang memimpin komite Akademi Astronot Internasional dalam Pencarian Kehidupan Luar Angkasa, atau SETI, mengatakan kepada para rekannya terkait sebuah presentasi yang dia dengar tentang sinyal itu, ujar Seth Shostak, seorang petinggi di Institut SETI.

"Saya tidak merasa kami menganggapnya serius," Shostak mengatakan.

"Pihak Rusia memantau arah ini sebanyak 39 kali dan kami dapat mengatakan bahwa mereka menemukannya satu kali".

Diperkirakan, sinyal radio itu disebabkan oleh gangguan di bumi atau sebuah satelit, yang merupakan kejadian yang biasa, Shostak mengatakan kepada wartawan Reuters.

Jika pihak Rusia memperkirakan bahwa mereka mendapatkan sinyal dari ET (kehidupan luar angkasa), ujarnya, mereka diperkirakan juga akan membukanya lebih dahulu.

"Mereka tidak mengatakan apapun terkait hal itu selama lebih dari satu tahun. Jika kami menangkap sebuah sinyal, kami akan memeriksanya dan memanggil para pakar astronomi lainnya untuk memeriksanya," Shostak mengatakan.

Meskipun demikian, para pakar astronomi dari SETI telah menghabiskan dua malam sebelumnya menggunakan serangkaian teleskop radio di California untuk mempelajari bintang yang dicurigai, yang diberi nama HD 164595, yang memiliki satu buah planet yang diketahui berada di orbitnya.

Planet itu memiliki ukuran sekitar sebesar planet Neptunus, namun berevolusi mengitari bintangnya lebih dekat daripada planet merkurius yang mengitari matahari. HD 164595 dapat memiliki planet lain di orbitnya yang lebih pas untuk memiliki sumber air, yang diyakini merupakan sebuah kebutuhan bagi kehidupan.

Sejauh ini, meskipun demikian, para pakar astronomi belum mendeteksi sinyal tak biasa apapun dari bintang tersebut, ujar Shostak.

"Kami harus sangat berhati-hati agar tidak sinis terhadap alarm palsu," ujarnya. "Mudah untuk mengatakan 'Sial, itu hanyalah kasus gangguan lainnya,' namun itu beresiko untuk tidak memperhatikannya saat anda seharusnya memperhatikannya," tambahnya. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016