Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat tipis sebesar enam poin menjadi Rp13.254, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.260 per dolar AS.

"Penguatan rupiah bisa kembali berlanjut jika data ekonomi Amerika Serikat gagal mengonfirmasi pernyataan Ketua The Fed Janet Yellen," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa.

Ia mengemukakan salah satu data ekonomi Amerika Serikat yang dicermati pasar dalam waktu dekat adalah tingkat penyerapan tenaga kerja nonpertanian yang sedianya akan dirilis pada akhir pekan ini. Jika naik signifikan bisa mempertegas pernyataan "hawkish" The Fed untuk menaikan suku bunga.

Ia menambahkan bahwa laju mata uang domestik masih dibayangi sentimen pernyataan "hawkish" Ketua The Fed Janet Yellen untuk menaikkan suku bunga. Meski hal itu diperkirakan hanya bersifat sementara, namun tekanan pelemahan rupiah berpeluang masih ada.

Dari dalam negeri, lanjut dia, risiko fiskal termasuk pencapaian amnesti pajak masih menjadi perhatian investor, per Agustus 2016 pencapaian pajak baru mencapai 44 persen dari target.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa minat investor pasar uang terhadap aset berdenominasi dolar AS masih tinggi sehingga penguatan rupiah relatif masih terbatas.

"Pernyataan Ketua The Fed Janet Yellen cukup memengaruhi psikologis di kalangan pelaku pasar sehingga fluktuasi mata uang domestik cenderung di kisaran sempit," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016