Denpasar (Antara Bali) - Dua komposer muda Bali menyajikan musik kolaborasi yang terinspirasi dari syair-syair mantra Hindu dan lagu anak-anak tradisional (gending rare) dalam ajang Bali Mandara Mahalango di Taman Budaya Denpasar.
"Gagasan dari sajian ini sesungguhnya untuk mewujudkan pagelaran bertajuk Glow-Bali-Session yang dapat dimaknai sebagai sebuah paradigma bahwa Bali dengan kekuatan budayanya mampu memancarkan sinar di dalam menghadapi era pergaulan dunia (globalisasi)," kata Kadek Wahyudita, Kelihan (Ketua) Perkumpulan Penggak Men Mersi di sela-sela pementasan tersebut, Jumat (29/7) malam.
Menurut Wahyudita, pagelaran yang ditampilkan merupakan kolaborasi dari Penggak Men Mersi dengan Palawara Music Company dan Gita Semara Band.
"Kami mengajak dua komposer muda, yakni I Wayan Ary Wijaya (Palawara Music Company) dan I Wayan Sudiarsa (Gita Semara Band)," ujarnya.
Wahyudita menambahkan bahwa kedua penata musik ini saling melengkapi, Ary Wijaya adalah komposer yang piawai meramu dan memadukan warna gamelan tradisi dengan musik modern.
Sudiarsa alias Pacet dikenal piawai memainkan musik tradisi, seperti suling dan kendang.
Kedua komposer kerap mengikuti berbagai kompetisi musik, baik tingkat lokal maupun nasional. Bahkan, sejumlah musisi nasional sempat tampil berkolaborasi, seperti Indra Lesmana, Gilang Ramadan, dan musisi jazz lainya kerap memadukan konsep dalam sebuah garapan bersama.
Sejumlah garapan yang dibawakan dalam ajang Bali Mandara Mahalango di Gedung Ksirarnawa itu adalah lagu Sanghyang Sekar, Galang Kangin, Meong-meong, Putri Cening Ayu, Gelung Agung, Pangelong, Pul Sinoge, Cadu Sakti, Om Nama Siwaya, dan Om Santih Santih Santih.
"Generasi muda membutuhkan pengetahuan utama (jnana) untuk memahami pranayuga (spirit zaman). Pengetahuan itu dibutuhkan sebagai cahaya untuk menapak masa depan. Apalagi, dalam ajaran agama Hindu juga telah disebutkan `taki-takining sewaka guna widya` yang artinya masa muda adalah masa belajar," kata Wahyudita. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Gagasan dari sajian ini sesungguhnya untuk mewujudkan pagelaran bertajuk Glow-Bali-Session yang dapat dimaknai sebagai sebuah paradigma bahwa Bali dengan kekuatan budayanya mampu memancarkan sinar di dalam menghadapi era pergaulan dunia (globalisasi)," kata Kadek Wahyudita, Kelihan (Ketua) Perkumpulan Penggak Men Mersi di sela-sela pementasan tersebut, Jumat (29/7) malam.
Menurut Wahyudita, pagelaran yang ditampilkan merupakan kolaborasi dari Penggak Men Mersi dengan Palawara Music Company dan Gita Semara Band.
"Kami mengajak dua komposer muda, yakni I Wayan Ary Wijaya (Palawara Music Company) dan I Wayan Sudiarsa (Gita Semara Band)," ujarnya.
Wahyudita menambahkan bahwa kedua penata musik ini saling melengkapi, Ary Wijaya adalah komposer yang piawai meramu dan memadukan warna gamelan tradisi dengan musik modern.
Sudiarsa alias Pacet dikenal piawai memainkan musik tradisi, seperti suling dan kendang.
Kedua komposer kerap mengikuti berbagai kompetisi musik, baik tingkat lokal maupun nasional. Bahkan, sejumlah musisi nasional sempat tampil berkolaborasi, seperti Indra Lesmana, Gilang Ramadan, dan musisi jazz lainya kerap memadukan konsep dalam sebuah garapan bersama.
Sejumlah garapan yang dibawakan dalam ajang Bali Mandara Mahalango di Gedung Ksirarnawa itu adalah lagu Sanghyang Sekar, Galang Kangin, Meong-meong, Putri Cening Ayu, Gelung Agung, Pangelong, Pul Sinoge, Cadu Sakti, Om Nama Siwaya, dan Om Santih Santih Santih.
"Generasi muda membutuhkan pengetahuan utama (jnana) untuk memahami pranayuga (spirit zaman). Pengetahuan itu dibutuhkan sebagai cahaya untuk menapak masa depan. Apalagi, dalam ajaran agama Hindu juga telah disebutkan `taki-takining sewaka guna widya` yang artinya masa muda adalah masa belajar," kata Wahyudita. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016