Kepulauan Nusantara dari Sabang sampai Merauke dikenal sebagai daerah yang subur dengan curah hujan yang tinggi sehingga tanaman apa saja yang dikembangkan akan tumbuh dan sanggup memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat di wilayah NKRI.

Atas dasar potensi yang besar itu sejak awal masa pemerintahan, Presiden RI Joko Widodo memprogramkan untuk mampu meraih kembali swasembada pangan, yang dahulu pernah dicapai pada masa kepemimpinan presiden ke-2 RI H.M. Soeharto.

Swasembada pangan yang menyangkut berbagai kebutuhan sehari-hari masyarakat diharapkan segera dapat terpenuhi sehingga pada bulan Ramadan dan Lebaran 2016 tidak terjadi kenaikan harga pangan, tutur pengamat masalah pertanian Dr. Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar.

Alumnus program pascasarjana Universitas Udayana itu menilai kestabilan harga pangan itu sangat penting karena selama ini hampir setiap Ramadan dan Lebaran selalu terjadi setiap tahun kenaikan harga pangan yang mengakibatkan masyarakat merasa berat.

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

Untuk itu, tim pengendalian inflasi daerah (TPID) provinsi, kabupaten, dan kota di Bali bersama instansi terkait harus bekerja keras melakukan terobosan dalam menyediakan kebutuhan pokok penting dan strategis dalam menjaga stabilitas harga selama Ramadan 1437 Hijriah.

Selain itu, juga melakukan pemantauan terhadap harga-harga berbagai kebutuhan bahan pokok di pasaran dengan harapan tidak memberatkan masyarakat, khususnya yang menjalani ibadah puasa.

TPID Kabupaten Badung, Bali, misalnya, telah memastikan ketersediaan barang kebutuhan pokok selama bulan puasa di pusat pengembangan pariwisata itu tetap aman karena sudah melakukan upaya operasi pasar.

Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa yang juga penasihat TPID setempat menegaskan bahwa pihaknya memberikan perhatian serius terhadap upaya memenuhi ketersedian pangan selama bulan puasa hingga Idulfitri 1437 H.

Operasi pasar yang digelar di berbagai tempat, khususnya di permukiman komunitas muslim sebagai upaya menjaga suasana dan dinamika kehidupan masyarakat agar tidak dilanda kepanikan, terutama menjelang hari raya besar.

Demikian pula, menjaga distribusi pangan dan stabilitas harga sehingga masyarakat dapat secara mudah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal itu juga diimbangi dengan keterlibatan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) melakukan gerakan pemantauan, terutama ketersedian energi gas, mengingat harga elpiji memengaruhi berbagai komponen harga makanan dan lainnya.

Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta memimpin tim PTID setempat memantauan ke Pasar Umum Galiran untuk mengetahui persediaan dan harga-harga kebutuhan pokok selama bulan puasa.

Kebutuhan bahan pokok yang menjadi perhatian itu, antara lain, beras, cabai, bawang merah, bawang putih, daging, dan kebutuhan lainnya. Hasil pemantauan itu menunjukkan harga-harga cenderung stabil, bahkan ada beberapa kebutuhan pokok harganya mengalami penurunan, termasuk harga beras.

Perseroan Terbatas (PT) Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Denpasar menyiapkan 115 ton gula pasir putih yang sewaktu-waktu bisa dilempar ke pasaran untuk pasar murah dengan harga jual Rp12.500,00 per kilogram, atau jauh lebih murah daripada harga saat ini berada pada kisaran Rp16 ribu.

Buka Keran Impor

Gede Sedana menilai pemerintah setiap menjelang bulan puasa menyiapkan jurus yang diyakini jitu untuk menurunkan harga bahan pangan, yakni membuka keran impor, di samping operasi pasar.

Upaya yang dilakukan tersebut ibarat pemadam kebakaran. Jika ada kobaran api, langsung diterjunkan tim pemadam kebakaran untuk mengatasinya. "Kalau tidak ada kebakaran, apa yang dilakukannya? Apakah hanya menunggu kebakaran beikutnya?" ujar pria kelahiran Singaraja 53 tahun silam itu.

Demikian pula dengan kondisi bahan pangan yang harganya melonjak tinggi menjelang dan selama Ramadan dan Lebaran. Hal ini diperlukan adanya kebijakan di hulu yang menjadi penyebab dan memberikan akibat terhadap harga-harga bahan pangan yang naik.

Semestinya kondisi itu dapat memberikan manfaat yang positif bagi para petani (dalam arti luas) dan tidak memberatkan konsumen (masyarakat). Logika sederhana yang terjadi pada bulan Ramadan dan Lebaran adalah permintaan bahan pangan yang selalu meningkat dibandingnya dengan jumlah persediaan.

Jumlah permintaan tidak dapat disetop, sedangkan jumlah persediaan bisa ditingkatkan. Tentunya peningkatan persediaan harus menjadi bagian kebijakan pemerintah di sektor hulu dengan memperhatikan sektor hilirnya sebagai satu kesatuan yang utuh.

Oleh sebab itu, pemerintah diharapkan mendukung produksi melalui penerapan teknologi (tanaman dan ternak) guna menjamin peningkatan produktivitasnya yang sekaligus menjadikan distribusi yang berimbang dalam kuantitas dengan permintaan.

Penerapan teknologi budi daya, menurut suami dari Ir. Made Widiani itu, dapat dilakukan secara terus-menerus sesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi di Indonesia. Selain itu, para petani juga didorong untuk meningkatkan kualitas sumber dayanya seperti sikap dan pengetahuannya mengenai komoditas yang diusahakannya.

Pada sisi lain, pemerintah juga perlu menciptakan iklim yang kondusif untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan petani makin berkualitas dan memberikan harga yang lebih tinggi di tingkat petani.

Iklim kondusif tersebut juga mencakup kebijakan rantai pasok yang efisien dari produsen sampai ke tingkat konsumen sehingga harga di tingkat konsumen tidak menjadi sangat tinggi.

Keterkaitan kebijakan dari sektor hulu sampai ke hilir yang berbasis agrobisnis diharapkan mampu menjadi salah satu komponen dalam membangun pertanian meningkatkan kesejahteraan petani dan mampu menjamin adanya kedaulatan pangan, yakni menyediakan pangan bagi masyarakat dengan harga yang terjangkau.

Kondisi geografis di Indonesia sangat beragam memerlukan adanya pemetaan aspek agroteknologi guna memastikan kebijakan pertanian yang akan diimplementasikan. Di samping itu, adanya prediksi permintaan terhadap komoditas pangan di berbagai wilayah Indonesia pada setiap periode tertentu, misalnya setiap bulan dengan memperhatikan berbagai kegiatan yang cendrung permintaannya meningkat seperti pada bulan Ramadan dan Lebaran.

Oleh karena itu, database yang perinci dan akurat terhadap permintaan dan persediaan pangan sangat mutlak dibutuhkan guna menjadi pedoman analisis dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan dan alternatif untuk mengatasi masalah pangan, termasuk harga-harganya, ujar Gede Sedana. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016