Denpasar (Antara Bali) - Sepasang suami istri asal Cirebon, Jawa Barat menjadi sopir taksi di Bali, yakni Vera Heryanti bersama suaminya Vidi Wibistino, mampu berpengasilan Rp30 juta per bulan.
"Saya awalnya bermodalkan kemahiran menyetir sejak di bangku SMA di Cirebon. Saya sebagai ibu rumah tangga bisa. Namun tidak memiliki kemampuan lain. Karena itu saya mencoba melamar jadi sopir taksi di perusahaan Blue Bird Group, syukur saya diterima," kata Vera Heryanti di Denpasar, Rabu.
Ia menuturkan, dirinya mulai bergabung sebagai pengemudi taksi Blue Bird sejak bulan Maret 2016, dan mulai saat itu beroperasi mencari penumpang keliling Kota Denpasar.
Alasan menjadi sopir taksi, kata Vera, ingin membantu pendapatan keluarga. Menjadi sopir taksi yang digeluti sekarang merasa senang, karena tidak terikat atau feksibel dengan jam bekerja.
"Karena ingin membantu perekonomian keluarga, saya kemudian iseng melamar sebagai pengemudi taksi Blue Bird dan diterima," ujar ibu dua orang anak kelahiran Cirebon, 3 Januari 1983.
Vera melamar menjadi pengemudi taksi karena perusahaan tersebut menawarkan jam kerja yang fleksibel, sehingga memungkinkan ia bekerja sambil mengurus rumah tangga.
"Dari SMA saya sudah bisa mengemudi, dan saya suka traveling (bepergian). Selain itu, waktunya juga fleksibel, tidak terikat, bisa atur waktu dengan keluarga, pokoknya enjoy kerjanya," ujar Vera.
Setiap harinya, Vera mulai kerja pukul 06.00 Wita hingga pukul jam 21.00 waktu setempat. Ia sengaja membatasi waktu kerja agar bisa meluangkan waktu untuk kedua anaknya.
"Pagi pukul 06.00 Wita ambil mobil, kemudian antar penumpang sebentar. Lalu mampir ke rumah untuk melihat kondisi rumah dan anak anak. Setelah itu ditinggal lagi untuk tarik penumpang," tutur perempuan yang tinggal di daerah Buana Raya, Padangsambian Denpasar ini.
Setiap harinya Vera mencari penumpang di seputaran Kota Denpasar, Kuta, Canggu hingga Tabanan. Bahkan ia pernah mengantar tamu atau penumpang hingga ke kabupaten Klungkung dan Karangasem.
Saat menjalani profesi sebagai pengemudi taksi Blue Bird, banyak suka duka yang dalami Vera.
"Pengalaman suka dukanya banyak, ketemu banyak tamu dengan karakter berbeda, ada yang bikin kesel, ada yang bikin senang. Ada yang bikin reseh, ada yang usil, ada yang genit, tanya-tanya hal yang tidak pantas, suka godain dan sebagainya. Ada yang minta diantar masuk ke jalan sempit untuk masuk mobil," ucapnya.
Menghadapi berbagai karakter tamu, Vera mengaku harus banyak bersabar. Menurutnya, konsumen harus dilayani dengan baik.
"Kalau ada yang usil, saya tegaskan tugas saya hanya untuk mengantarnya sampai tujuan saja, yang genit-genit dan usil godain gitu banyak," ujar ibu dari Grace Putri Hastino (14) dan Vindivi Putra Virantino (6).
Namun selama menjadi pengemudi taksi Blue Bird, banyak juga suka yang dialami Vera, antara lain kenyamanan di tempat kerja dan penghasilan yang lumayan.
"Lingkungan kantor tempat kerja nyaman, dimana pengemudi senior mengayomi yang masih baru atau yunior.Tamu penumpang juga sering kasi tips yang lumayan. Ada yang sebenarnya cukup bayar Rp40 ribu, bayarnya Rp100 ribu, sisanya dikasi buat tips. Ada yang cuma harus bayar Rp100 ribu, ditambahin lagi Rp100 ribu, katanya buat jajan anak-anak,"ujar vera yang rata-rata per hari berpenghasilan Rp300 ribu, dan Rp10 juta per bulan sebagai sopir taksi.
Tamu atau penumpang sering ada bertanya, kenapa Vera menjadi pengemudi taksi yang dinilai sebagai pekerjaan berat dan beresiko. Namun Vera menjawab ia bangga dan "enjoy" atau senang dengan profesinya.
"Anak-anak saya juga senang dan bangga punya ibu pengemudi taksi. Kata mereka saya hebat," ujarnya.
General Manager Area Blue Bird Group wilayah Bali dan NTB, dr. Putu Panca Wiadnyana mengatakan di wilayah Bali terdapat delapan pengemudi taksi wanita. Pihaknya tidak membedakan perlakuan antara pengemudi perempuan atau laki.
"Perlakuan sama, hak sama, tapi keamanan pengemudi wanita lebih kami perhatikan. Waktu kerja mereka fleksibel. kami kasi kebebasan atur waktunya, bisa sambil urus anak. Untuk penghasilan, kami terapkan sistem komisi harian mulai 30 persen, 40 persen, hingga 50 persen dari jumlah setoran harian tergantung jumlah besaran yang disetorkan. Itu belum termasuk bonus bulanan dan bonus hari kerja.
Pengemudi taksi perempuan, kata Panca, sering menjadii contoh bagi pengemudi laki-laki, dimana pengemudi perempuan punya potensi penghasilan yang lebih tinggi dibanding pengemudi laki.
Sementara Vidi Wibistino mengungkapkan, profesi sebagai sopir taksi Blue Bird tidak pernah terlintas dalam benaknya. Sebelumnya, Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Pasundan Bandung ini adalah seorang wirausaha yang bergerak di bisnis kayu asal Kalimantan.
"Karena ada masalah dalam bisnis kayu yang saya jalani di Cirebon, saya kemudian ke Bali sekitar setahun yang lalu,"ujarnya.
Awalnya, di Bali, Vidi masih melanjutkan usahanya, masih di bidang bisnis kayu. Vidi masih mencoba dunia wirausaha meski sebelumnya sudah pernah gagal sewaktu di Cirebon.
Istrinya, Vera Heryanti, kemudian bekerja sebagai sopir taksi Blue Bird, agar asap dapur tetap ngebul. Vidi pun mengijinkan istrinya bekerja sebagai sopir taksi Blue Bird untuk menopang kehidupan ekonomi mereka.
Ternyata pilihan istrinya tidak keliru. Penghasilan istrinya sebagai sopir taksi Blue Bird cukup besar, yakni mencapai Rp10 juta per bulan. Tergiur dengan penghasilan sangistri yang lumayan besar, Vidi kemudian ikut melamar sebagai sopir taksi Blue Bird dan diterima.
"Akhirnya saya mulai bekerja sebagai sopir taksi Blue Bird dan mulai meninggalkan profesi saya sebagai wiraswasta," ujar pria kelahiran Cirebon, 4 Januari 1983.
Awal bekerja, Vidi langsung mendapat pesanan penumpang. Dengan sistem kerja yang fleksibel, dari rumah, ia bisa menerima "order" tamu dari kantor.
"Lokasi tempat tinggal saya strategis banget, bisa "standby" di rumah sambil terima fleety (alat komunikasi order penumpang) dari kantor," ujarnya.
Karena sama-sama bekerja sebagai sopir taksi dalam satu perusahaan, Vidi dan istrinya harus pintar membagi waktu agar bisa tetap memberi perhatian pada dua anak mereka.
"Kita harus pintar bagi waktu, jika istri di rumah, saya yang keluar rumah cari penumpang. Seringkali kita saling bagi order penumoang dengan istri saya. Jika saya lagi libur, order penumpang saya arahkan ke istri, demikian juga sebaliknya, saling kasi bagi order penumpang, kerja tim dengan istri," kata dia.
Namun jika keduanya meninggalkan rumah untuk bekerja, mereka menitipkan kedua anaknya kepada ibu kandung istri Vidi (ibu mertuanya) untuk menjaga dua anaknya.
Kini Vidi mengaku sudah mantap dengan pilihannya menjadi sopir taksi Blue Bird. Penghasilannya sehari sebagai sopir Blue Bird di atas Rp 1 juta. Setelah dipotong komisi, sekitar Rp500 ribu uang dibawa pulang ke rumah. Dalam sebulan bisa meraup penghasilan antara Rp19 juta hingga Rp20 juta, termasuk tips dari penumpang dan komisi lainnya dari kantor.
"Saya suka tipsnya, lumayan lah buat tambahan selain setoran. Saya merasa nyaman bekerja di Blue Bird, lingkungannya sangat mendukung, tidak ada batasan senior dan junior, malah pengemudi senior banyak membimbing saya," ujarnya.
Meski senang dengan penghasilan besar, namun tak jarang juga Vidi menemukan hal yang kurang menyenangkan saat bekerja.
"Dukanya saat jemput tamu lewat order lalu dicancel (batal), lalu sering fiktif alamatnya, muter-muter ternyata fiktif, harus banyak sabar. Saya akan menekuni profesi ini karena sudah cocok dari sisi lingkungan kerja yang nyaman dan penghasilan yang sangat lumayan. Ternyata rejeki saya ada di sini," katanya.
General Manager Area Blue Bird Group wilayah Bali dan NTB, Putu Panca Wiadnyana mengatakan pasangan Vidi dan Vera adalah satu-satunya pengemudi taksi pasangan suami istri di Blue Bird Group Bali.
"Meski jam kerja mereka fleksibel, tapi kita ada aturan kerja maksimal hanya 6 hari dalam seminggu, tidak boleh lebih. Kita juga buat aturan agar suami istri bisa libur bareng, agar bisa kumpul bersama keluarga mereka,"ujarnya.(I020)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Saya awalnya bermodalkan kemahiran menyetir sejak di bangku SMA di Cirebon. Saya sebagai ibu rumah tangga bisa. Namun tidak memiliki kemampuan lain. Karena itu saya mencoba melamar jadi sopir taksi di perusahaan Blue Bird Group, syukur saya diterima," kata Vera Heryanti di Denpasar, Rabu.
Ia menuturkan, dirinya mulai bergabung sebagai pengemudi taksi Blue Bird sejak bulan Maret 2016, dan mulai saat itu beroperasi mencari penumpang keliling Kota Denpasar.
Alasan menjadi sopir taksi, kata Vera, ingin membantu pendapatan keluarga. Menjadi sopir taksi yang digeluti sekarang merasa senang, karena tidak terikat atau feksibel dengan jam bekerja.
"Karena ingin membantu perekonomian keluarga, saya kemudian iseng melamar sebagai pengemudi taksi Blue Bird dan diterima," ujar ibu dua orang anak kelahiran Cirebon, 3 Januari 1983.
Vera melamar menjadi pengemudi taksi karena perusahaan tersebut menawarkan jam kerja yang fleksibel, sehingga memungkinkan ia bekerja sambil mengurus rumah tangga.
"Dari SMA saya sudah bisa mengemudi, dan saya suka traveling (bepergian). Selain itu, waktunya juga fleksibel, tidak terikat, bisa atur waktu dengan keluarga, pokoknya enjoy kerjanya," ujar Vera.
Setiap harinya, Vera mulai kerja pukul 06.00 Wita hingga pukul jam 21.00 waktu setempat. Ia sengaja membatasi waktu kerja agar bisa meluangkan waktu untuk kedua anaknya.
"Pagi pukul 06.00 Wita ambil mobil, kemudian antar penumpang sebentar. Lalu mampir ke rumah untuk melihat kondisi rumah dan anak anak. Setelah itu ditinggal lagi untuk tarik penumpang," tutur perempuan yang tinggal di daerah Buana Raya, Padangsambian Denpasar ini.
Setiap harinya Vera mencari penumpang di seputaran Kota Denpasar, Kuta, Canggu hingga Tabanan. Bahkan ia pernah mengantar tamu atau penumpang hingga ke kabupaten Klungkung dan Karangasem.
Saat menjalani profesi sebagai pengemudi taksi Blue Bird, banyak suka duka yang dalami Vera.
"Pengalaman suka dukanya banyak, ketemu banyak tamu dengan karakter berbeda, ada yang bikin kesel, ada yang bikin senang. Ada yang bikin reseh, ada yang usil, ada yang genit, tanya-tanya hal yang tidak pantas, suka godain dan sebagainya. Ada yang minta diantar masuk ke jalan sempit untuk masuk mobil," ucapnya.
Menghadapi berbagai karakter tamu, Vera mengaku harus banyak bersabar. Menurutnya, konsumen harus dilayani dengan baik.
"Kalau ada yang usil, saya tegaskan tugas saya hanya untuk mengantarnya sampai tujuan saja, yang genit-genit dan usil godain gitu banyak," ujar ibu dari Grace Putri Hastino (14) dan Vindivi Putra Virantino (6).
Namun selama menjadi pengemudi taksi Blue Bird, banyak juga suka yang dialami Vera, antara lain kenyamanan di tempat kerja dan penghasilan yang lumayan.
"Lingkungan kantor tempat kerja nyaman, dimana pengemudi senior mengayomi yang masih baru atau yunior.Tamu penumpang juga sering kasi tips yang lumayan. Ada yang sebenarnya cukup bayar Rp40 ribu, bayarnya Rp100 ribu, sisanya dikasi buat tips. Ada yang cuma harus bayar Rp100 ribu, ditambahin lagi Rp100 ribu, katanya buat jajan anak-anak,"ujar vera yang rata-rata per hari berpenghasilan Rp300 ribu, dan Rp10 juta per bulan sebagai sopir taksi.
Tamu atau penumpang sering ada bertanya, kenapa Vera menjadi pengemudi taksi yang dinilai sebagai pekerjaan berat dan beresiko. Namun Vera menjawab ia bangga dan "enjoy" atau senang dengan profesinya.
"Anak-anak saya juga senang dan bangga punya ibu pengemudi taksi. Kata mereka saya hebat," ujarnya.
General Manager Area Blue Bird Group wilayah Bali dan NTB, dr. Putu Panca Wiadnyana mengatakan di wilayah Bali terdapat delapan pengemudi taksi wanita. Pihaknya tidak membedakan perlakuan antara pengemudi perempuan atau laki.
"Perlakuan sama, hak sama, tapi keamanan pengemudi wanita lebih kami perhatikan. Waktu kerja mereka fleksibel. kami kasi kebebasan atur waktunya, bisa sambil urus anak. Untuk penghasilan, kami terapkan sistem komisi harian mulai 30 persen, 40 persen, hingga 50 persen dari jumlah setoran harian tergantung jumlah besaran yang disetorkan. Itu belum termasuk bonus bulanan dan bonus hari kerja.
Pengemudi taksi perempuan, kata Panca, sering menjadii contoh bagi pengemudi laki-laki, dimana pengemudi perempuan punya potensi penghasilan yang lebih tinggi dibanding pengemudi laki.
Sementara Vidi Wibistino mengungkapkan, profesi sebagai sopir taksi Blue Bird tidak pernah terlintas dalam benaknya. Sebelumnya, Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Pasundan Bandung ini adalah seorang wirausaha yang bergerak di bisnis kayu asal Kalimantan.
"Karena ada masalah dalam bisnis kayu yang saya jalani di Cirebon, saya kemudian ke Bali sekitar setahun yang lalu,"ujarnya.
Awalnya, di Bali, Vidi masih melanjutkan usahanya, masih di bidang bisnis kayu. Vidi masih mencoba dunia wirausaha meski sebelumnya sudah pernah gagal sewaktu di Cirebon.
Istrinya, Vera Heryanti, kemudian bekerja sebagai sopir taksi Blue Bird, agar asap dapur tetap ngebul. Vidi pun mengijinkan istrinya bekerja sebagai sopir taksi Blue Bird untuk menopang kehidupan ekonomi mereka.
Ternyata pilihan istrinya tidak keliru. Penghasilan istrinya sebagai sopir taksi Blue Bird cukup besar, yakni mencapai Rp10 juta per bulan. Tergiur dengan penghasilan sangistri yang lumayan besar, Vidi kemudian ikut melamar sebagai sopir taksi Blue Bird dan diterima.
"Akhirnya saya mulai bekerja sebagai sopir taksi Blue Bird dan mulai meninggalkan profesi saya sebagai wiraswasta," ujar pria kelahiran Cirebon, 4 Januari 1983.
Awal bekerja, Vidi langsung mendapat pesanan penumpang. Dengan sistem kerja yang fleksibel, dari rumah, ia bisa menerima "order" tamu dari kantor.
"Lokasi tempat tinggal saya strategis banget, bisa "standby" di rumah sambil terima fleety (alat komunikasi order penumpang) dari kantor," ujarnya.
Karena sama-sama bekerja sebagai sopir taksi dalam satu perusahaan, Vidi dan istrinya harus pintar membagi waktu agar bisa tetap memberi perhatian pada dua anak mereka.
"Kita harus pintar bagi waktu, jika istri di rumah, saya yang keluar rumah cari penumpang. Seringkali kita saling bagi order penumoang dengan istri saya. Jika saya lagi libur, order penumpang saya arahkan ke istri, demikian juga sebaliknya, saling kasi bagi order penumpang, kerja tim dengan istri," kata dia.
Namun jika keduanya meninggalkan rumah untuk bekerja, mereka menitipkan kedua anaknya kepada ibu kandung istri Vidi (ibu mertuanya) untuk menjaga dua anaknya.
Kini Vidi mengaku sudah mantap dengan pilihannya menjadi sopir taksi Blue Bird. Penghasilannya sehari sebagai sopir Blue Bird di atas Rp 1 juta. Setelah dipotong komisi, sekitar Rp500 ribu uang dibawa pulang ke rumah. Dalam sebulan bisa meraup penghasilan antara Rp19 juta hingga Rp20 juta, termasuk tips dari penumpang dan komisi lainnya dari kantor.
"Saya suka tipsnya, lumayan lah buat tambahan selain setoran. Saya merasa nyaman bekerja di Blue Bird, lingkungannya sangat mendukung, tidak ada batasan senior dan junior, malah pengemudi senior banyak membimbing saya," ujarnya.
Meski senang dengan penghasilan besar, namun tak jarang juga Vidi menemukan hal yang kurang menyenangkan saat bekerja.
"Dukanya saat jemput tamu lewat order lalu dicancel (batal), lalu sering fiktif alamatnya, muter-muter ternyata fiktif, harus banyak sabar. Saya akan menekuni profesi ini karena sudah cocok dari sisi lingkungan kerja yang nyaman dan penghasilan yang sangat lumayan. Ternyata rejeki saya ada di sini," katanya.
General Manager Area Blue Bird Group wilayah Bali dan NTB, Putu Panca Wiadnyana mengatakan pasangan Vidi dan Vera adalah satu-satunya pengemudi taksi pasangan suami istri di Blue Bird Group Bali.
"Meski jam kerja mereka fleksibel, tapi kita ada aturan kerja maksimal hanya 6 hari dalam seminggu, tidak boleh lebih. Kita juga buat aturan agar suami istri bisa libur bareng, agar bisa kumpul bersama keluarga mereka,"ujarnya.(I020)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016