Jakarta (Antara Bali) - Ketua DPR, Ade Komarudin, menegaskan, tetap
memperjuangkan pembangunan perpustakaan DPR yang dapat digunakan dan
dimanfaatkan untuk seluruh masyarakat Indonesia.
"Parlemen adalah lembaga yang menjadi simbol negara. Perpustakaan itu untuk Parlemen dan seluruh rakyat Indonesia yang berkunjung. Kualitas Parlemen Indonesia dan rakyat Indonesia dapat dilihat dari situ," katanya, di Jakarta, Minggu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Parlemen adalah lembaga yang menjadi simbol negara. Perpustakaan itu untuk Parlemen dan seluruh rakyat Indonesia yang berkunjung. Kualitas Parlemen Indonesia dan rakyat Indonesia dapat dilihat dari situ," katanya, di Jakarta, Minggu.
"Belajarlah ke
negara-negara yang sudah maju. Dulu Amerika Serikat membuat perpustakaan
terbesar di dunia pada saat ekonominya belum bagus. Kita sekarang sudah
bagus tapi belum mempunyai perpustakaan yang memadai," kata Komaruddin.
Penegasan ini disampaikan Komarudin untuk menjawab kritikan dari beberapa pihak yang menyebut, rencana pembangunan perpustakaan di lingkungan komplek Parlemen ini hanya akal-akalan DPR untuk mengelabui publik.
Komaruddin menjelaskan, perpustakaan ini rencananya akan menjadi rumah bagi 600 ribu buku dan terbuka untuk umum.
"Negara ini harus pintar. Budaya membaca harus digalakkan, salah satunya dengan menyediakan fasilitas berupa perpustakaan," katanya.
Menurut dia, ide membuat perpustakaan yang rencananya akan menjadi perpustakaan terbesar di Asia Tenggara ini diusulkan oleh para cendekiawan yang datang menemuinya di DPR beberapa waktu lalu. Karena usul tersebut dinilai baik, maka DPR akan memperjuangkan itu.
"Apalagi yang memberi usulan adalah kaum intelektual yang sudah terbukti kredibilitasnya dan memiliki banyak karya. Jadi mohon maaf, saya tidak akan mundur dari usulan Ignas Kleden dan kawan-kawan," kata dia.
Terkait dengan kritikan yang ada, dia menyatakan akan menerima semua masukan dan kritikan dari masyarakat. Bahkan Akom mengimbau pihak yang mengkritik rencana pembangunan perpustakaan tersebut untuk datang berdiskusi dengan dirinya dan para cendekiawan yang memberikan usul tersebut.
"Saya akan dengarkan semua kritik dan masukan. Yang menurut saya baik dan membawa kebaikan bagi banyak orang akan saya pertimbangkan. Namun, jika hanya berpikir negatif, saya tidak akan gubris," katanya. (WDY)
Penegasan ini disampaikan Komarudin untuk menjawab kritikan dari beberapa pihak yang menyebut, rencana pembangunan perpustakaan di lingkungan komplek Parlemen ini hanya akal-akalan DPR untuk mengelabui publik.
Komaruddin menjelaskan, perpustakaan ini rencananya akan menjadi rumah bagi 600 ribu buku dan terbuka untuk umum.
"Negara ini harus pintar. Budaya membaca harus digalakkan, salah satunya dengan menyediakan fasilitas berupa perpustakaan," katanya.
Menurut dia, ide membuat perpustakaan yang rencananya akan menjadi perpustakaan terbesar di Asia Tenggara ini diusulkan oleh para cendekiawan yang datang menemuinya di DPR beberapa waktu lalu. Karena usul tersebut dinilai baik, maka DPR akan memperjuangkan itu.
"Apalagi yang memberi usulan adalah kaum intelektual yang sudah terbukti kredibilitasnya dan memiliki banyak karya. Jadi mohon maaf, saya tidak akan mundur dari usulan Ignas Kleden dan kawan-kawan," kata dia.
Terkait dengan kritikan yang ada, dia menyatakan akan menerima semua masukan dan kritikan dari masyarakat. Bahkan Akom mengimbau pihak yang mengkritik rencana pembangunan perpustakaan tersebut untuk datang berdiskusi dengan dirinya dan para cendekiawan yang memberikan usul tersebut.
"Saya akan dengarkan semua kritik dan masukan. Yang menurut saya baik dan membawa kebaikan bagi banyak orang akan saya pertimbangkan. Namun, jika hanya berpikir negatif, saya tidak akan gubris," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016