Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali menargetkan dapat membuat sebanyak 50 ribu lubang resapan biopori selama 2016 dengan melibatkan pemerintah kabupaten/kota, sebagai salah satu upaya untuk "menangkap" air hujan.
"Biopori itu, di samping untuk menahan air, juga bisa `memanen` sampah menjadi kompos. Selanjutnya kompos dapat dimanfaatkan untuk taman-taman di perkantoran," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Gede Suarjana, di Denpasar, Rabu.
Menurut Suarjana, 50 ribu lubang resapan biopori yang akan dibuat selama 2016 itu akan tersebar di semua kantor satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemprov Bali dan pemerintah kabupaten/kota, serta masyarakat.
"Gerakan bersama pembuatan biopori rencananya akan kami awali dari Pemkab Badung, baru berlanjut ke kabupaten/kota lainnya. Termasuk kami akan bekerja sama dengan TNI-Polri dan kalangan perusahaan," ucapnya.
Dia menambahkan, lubang resapan biopori yang akan dibuat tiap kabupaten jumlahnya tidak sama. Sedangkan untuk daerah yang rawan banjir, tidak cukup hanya biopori, melainkan dibuatkan khusus lubang penangkap air.
Untuk saat ini, kata Suarjana, di setiap kantor SKPD Pemprov Bali, minimal sudah ada 15 biopori. Di SKPD Pemprov Bali, untuk merangsang aksi pembuatan biopori, pada tahun sebelumnya telah diadakan lomba kebersihan dan efisiensi penggunaan sumber daya air.
"Selain biopori, untuk menahan air, juga bisa melalui ruang terbuka hijau. Khususnya untuk hotel-hotel, seharusnya 40 persen merupakan ruang terbuka hijau," katanya.
Sebelumnya lubang resapan biopori juga telah dibangun tersebar di Desa Sadar Lingkungan dan Sekolah Adiwiyata, di samping kantor-kantor pemerintah kabupaten dan kota se-Bali.
Suarjana berharap gerakan lubang resapan biopori dapat memberikan dampak positif bagi pelestarian lingkungan di Bali, khususnya komitmen untuk menanggulangi krisis air yang terjadi saat musim kemarau. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Biopori itu, di samping untuk menahan air, juga bisa `memanen` sampah menjadi kompos. Selanjutnya kompos dapat dimanfaatkan untuk taman-taman di perkantoran," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali Gede Suarjana, di Denpasar, Rabu.
Menurut Suarjana, 50 ribu lubang resapan biopori yang akan dibuat selama 2016 itu akan tersebar di semua kantor satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemprov Bali dan pemerintah kabupaten/kota, serta masyarakat.
"Gerakan bersama pembuatan biopori rencananya akan kami awali dari Pemkab Badung, baru berlanjut ke kabupaten/kota lainnya. Termasuk kami akan bekerja sama dengan TNI-Polri dan kalangan perusahaan," ucapnya.
Dia menambahkan, lubang resapan biopori yang akan dibuat tiap kabupaten jumlahnya tidak sama. Sedangkan untuk daerah yang rawan banjir, tidak cukup hanya biopori, melainkan dibuatkan khusus lubang penangkap air.
Untuk saat ini, kata Suarjana, di setiap kantor SKPD Pemprov Bali, minimal sudah ada 15 biopori. Di SKPD Pemprov Bali, untuk merangsang aksi pembuatan biopori, pada tahun sebelumnya telah diadakan lomba kebersihan dan efisiensi penggunaan sumber daya air.
"Selain biopori, untuk menahan air, juga bisa melalui ruang terbuka hijau. Khususnya untuk hotel-hotel, seharusnya 40 persen merupakan ruang terbuka hijau," katanya.
Sebelumnya lubang resapan biopori juga telah dibangun tersebar di Desa Sadar Lingkungan dan Sekolah Adiwiyata, di samping kantor-kantor pemerintah kabupaten dan kota se-Bali.
Suarjana berharap gerakan lubang resapan biopori dapat memberikan dampak positif bagi pelestarian lingkungan di Bali, khususnya komitmen untuk menanggulangi krisis air yang terjadi saat musim kemarau. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016