Lhasa (Antara Bali) - Macan tutul salju liar tertangkap kamera di daerah
Tibet di muka utara Gunung Qomolangma, yang juga disebut Gunung
Everest, menunjukkan bahwa spesies yang terancam punah itu juga hidup di
gunung itu.
Lhapa Tsering, pejabat di Biro Administrasi Suaka Alam Qomolangma, mengatakan Mount Qomolangma Snow Leopard Conservation Center dan Wildlife Institute of Beijing Forestry University menyurvei kepadatan populasi macan tutul salju liar di daerah Dingri dan Gyirong di muka utara gunung tersebut dari Oktober sampai November 2015.
Beberapa peneliti pada Jumat (22/1) menyatakan mereka mendapat gambaran jelas mengenai macan-macan tutul salju itu dari tujuh kamera yang dilengkapi sinar infra merah yang tahun lalu dipasang di Dingri pada ketinggian 4.000 meter, kata Lhapa Tsering.
Ia menambahkan sejauh ini jumlah hewan yang terekam belum dihitung.
Total 120 kamera yang dilengkapi sinar infra merah ditempatkan di hutan selama survei tahun lalu. Sisa 113 kamera rencananya diambil paling lambat akhir Januari, katanya.
Gao Yufang, Direktur Eksekutif Mt. Qomolangma Snow Leopard Conservation Center, mengatakan para ilmuwan akan meneliti populasi macan tutul salju, habitat dan mangsa mereka setelah mengambil semua kamera untuk merancang rencana perlindungan yang lebih spesifik bagi hewan tersebut.
Macan tutul salju, salah satu hewan dilindungi Klas A di Tiongkok, biasanya ditemukan di Pegunungan Himalaya di Asia Selatan dan Tengah pada ketinggian antara 3.000 dan 5.500 meter.
Binatang itu telah jarang terlihat di alam liar selama satu abad lebih karena kehilangan habitat dan perburuan.
Seperti dilansir kantor berita Xinhua, sebanyak 3.500 sampai 7.000 macan tutul salju hidup di alam liar di seluruh dunia, dan 2.500 sampai 3.500 di antaranya hidup di Tiongkok.
Gunung Qomolangma yang tingginya 8.844 meter di atas permukaan laut dan berada di perbatasan Tiongkok dengan Nepal adalah gunung tertinggi di dunia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
Lhapa Tsering, pejabat di Biro Administrasi Suaka Alam Qomolangma, mengatakan Mount Qomolangma Snow Leopard Conservation Center dan Wildlife Institute of Beijing Forestry University menyurvei kepadatan populasi macan tutul salju liar di daerah Dingri dan Gyirong di muka utara gunung tersebut dari Oktober sampai November 2015.
Beberapa peneliti pada Jumat (22/1) menyatakan mereka mendapat gambaran jelas mengenai macan-macan tutul salju itu dari tujuh kamera yang dilengkapi sinar infra merah yang tahun lalu dipasang di Dingri pada ketinggian 4.000 meter, kata Lhapa Tsering.
Ia menambahkan sejauh ini jumlah hewan yang terekam belum dihitung.
Total 120 kamera yang dilengkapi sinar infra merah ditempatkan di hutan selama survei tahun lalu. Sisa 113 kamera rencananya diambil paling lambat akhir Januari, katanya.
Gao Yufang, Direktur Eksekutif Mt. Qomolangma Snow Leopard Conservation Center, mengatakan para ilmuwan akan meneliti populasi macan tutul salju, habitat dan mangsa mereka setelah mengambil semua kamera untuk merancang rencana perlindungan yang lebih spesifik bagi hewan tersebut.
Macan tutul salju, salah satu hewan dilindungi Klas A di Tiongkok, biasanya ditemukan di Pegunungan Himalaya di Asia Selatan dan Tengah pada ketinggian antara 3.000 dan 5.500 meter.
Binatang itu telah jarang terlihat di alam liar selama satu abad lebih karena kehilangan habitat dan perburuan.
Seperti dilansir kantor berita Xinhua, sebanyak 3.500 sampai 7.000 macan tutul salju hidup di alam liar di seluruh dunia, dan 2.500 sampai 3.500 di antaranya hidup di Tiongkok.
Gunung Qomolangma yang tingginya 8.844 meter di atas permukaan laut dan berada di perbatasan Tiongkok dengan Nepal adalah gunung tertinggi di dunia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016