Mangupura (Antara Bali) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Badung, Bali, mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap serangan nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan melakukan pencegahan 3M.
"Imbauan ini saya sampaikan karena awal Januari hingga Maret memang sedang puncaknya musim hujan," kata Kadinkes Badung Gede Putra Suteja, di Badung, Selasa.
Ia mengatakan, upaya pencegahan DBD itu dapat dilakukan dengan melaksanakan pencegahan dengan melakukan tindakan nyata yakni menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, dan menguras bak air (3M), sehingga nyamuk tidak dapat berkembang biak.
Berdasarkan pemetaan Diskes Badung, kasus DBD paling banyak terdapat di Kecamatan Kuta Utara, Mengwi, Kuta Selatan, Abiansemal, Kuta dan sedikit di Petang.
"Kami juga melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan penyemprotan (fogging) untuk melakukan pencegahan itu," katanya.
Suteja mengaku dalam upaya itu, tidak dapat dilakukan sendiri untuk melawan serangan DBD, namun perlu adanya dukungan semua pihak.
"Dalam upaya ini perlu dukungan masyarakat dan pihak desa dan kelurahan yang dipantau juru pemantau jentik (Jumanti) yang biasanya berkeliling desa," ujarnya.
Pantauan antara, warga Desa Dalung dan Kwanji, Kuta Utara mulai mewaspadai serangan demam berdarah dengue (DBD) dengan memasang baliho di beberapa ruas jalan yang strategis.
Putra Tedja mencatat Desa Dalung dan Tibubeneng sempat terserang wabah DBD hingga menyebabkan beberapa orang meninggal dunia.
Ia menilai serangan DBD tahun lalu masih bisa terulang kembali tahun ini. Masih sangat bisa. Kalau melihat pengalaman sebelumnya, Kecamatan Kuta Utara dan Mengwi serta Kuta Selatan rawan DBD," ujar Suteja. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Imbauan ini saya sampaikan karena awal Januari hingga Maret memang sedang puncaknya musim hujan," kata Kadinkes Badung Gede Putra Suteja, di Badung, Selasa.
Ia mengatakan, upaya pencegahan DBD itu dapat dilakukan dengan melaksanakan pencegahan dengan melakukan tindakan nyata yakni menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas, dan menguras bak air (3M), sehingga nyamuk tidak dapat berkembang biak.
Berdasarkan pemetaan Diskes Badung, kasus DBD paling banyak terdapat di Kecamatan Kuta Utara, Mengwi, Kuta Selatan, Abiansemal, Kuta dan sedikit di Petang.
"Kami juga melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan penyemprotan (fogging) untuk melakukan pencegahan itu," katanya.
Suteja mengaku dalam upaya itu, tidak dapat dilakukan sendiri untuk melawan serangan DBD, namun perlu adanya dukungan semua pihak.
"Dalam upaya ini perlu dukungan masyarakat dan pihak desa dan kelurahan yang dipantau juru pemantau jentik (Jumanti) yang biasanya berkeliling desa," ujarnya.
Pantauan antara, warga Desa Dalung dan Kwanji, Kuta Utara mulai mewaspadai serangan demam berdarah dengue (DBD) dengan memasang baliho di beberapa ruas jalan yang strategis.
Putra Tedja mencatat Desa Dalung dan Tibubeneng sempat terserang wabah DBD hingga menyebabkan beberapa orang meninggal dunia.
Ia menilai serangan DBD tahun lalu masih bisa terulang kembali tahun ini. Masih sangat bisa. Kalau melihat pengalaman sebelumnya, Kecamatan Kuta Utara dan Mengwi serta Kuta Selatan rawan DBD," ujar Suteja. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016