Nusa Dua (Antara Bali) - Pemerintah kini sedang fokus meningkatkan hilirisasi untuk menambah nilai industri sawit, salah satunya dengan serapan biodiesel melalui mandatori B15, kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Suahasil Nazara.
"Dalam situasi ini, harus kita ubah orientasi pendapatan negara. Harga minyak bumi rendah sama seperti harga CPO. Diharapkan dengan langkah hilirisasi melalui peningkatan daya serap biodiesel ini menjadi fondasi kita untuk menciptakan hilirisasi sawit dengan produk akhir yang lain," ujar dia dalam "Indonesian Palm Oil Conference (IPOC)" ke-11 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Ia optimistis kebijakan biodiesel akan meningkatkan peran Indonesia di industri sawit global karena peningkatan produksi dan serapan bahan bakar nabati (BBN) untuk biodiesel berdampak pada pasokan dan harga. Menurut Suahasil, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit merupakan langkah baru untuk memperkuat sektor industri sawit den sesuai dengan keinginan pemerintah dalam mendorong hilirisasi sawit.
"Kebijakan baru ini sejalan dengan langkah pemerintah untuk mendorong hilirisasi industri sawit, termasuk meningkatkan daya serap biodiesel untuk Pertamina sebagai ganti minyak fosil," ujar dia. Ia berharap hilirisasi dapat berjalan lebih cepat setelah pemerintah mengubah prioritas untuk meningkatkan ekspor produk akhir dari orientasi ekspor bahan mentah sebelumnya.
Rendahnya harga komoditas kini, ujar dia, dibanding beberapa tahun lalu merupakan tantangan untuk perekonomian Indonesia karena Indonesia sudah tidak dapat keuntungan dari komoditas.Selain langkah sektor riil tersebut, Suahasil mengatakan pemerintah juga mendorong sektor keuangan dengan mengoptimalkan penyerapan anggaran, mengimplementasikan anggaran dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Bisnis hilirisasi industri sawit juga didorong kebijakan pemerintah yang menetapkan bea keluar (BK) ekspor lebih besar untuk produk industri, seperti CPO, dan diharapkan pertumbuhan industri produk turunan CPO di Tanah Air terus berkembang.
Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Perindustrian, Indonesia membutuhkan investasi sebesar 800 juta dolar AS untuk program hilirisasi industri kelapa sawit dan memproduksi oleokimia atau produk turunan CPO.
Pemerintah memprediksi hingga 2015 investasi untuk program hilirisasi kelapa sawit tersebut untuk mendorong kapasitas produksi agar mencapai dua juta ton per tahun. (NWD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Dalam situasi ini, harus kita ubah orientasi pendapatan negara. Harga minyak bumi rendah sama seperti harga CPO. Diharapkan dengan langkah hilirisasi melalui peningkatan daya serap biodiesel ini menjadi fondasi kita untuk menciptakan hilirisasi sawit dengan produk akhir yang lain," ujar dia dalam "Indonesian Palm Oil Conference (IPOC)" ke-11 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Jumat.
Ia optimistis kebijakan biodiesel akan meningkatkan peran Indonesia di industri sawit global karena peningkatan produksi dan serapan bahan bakar nabati (BBN) untuk biodiesel berdampak pada pasokan dan harga. Menurut Suahasil, Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit merupakan langkah baru untuk memperkuat sektor industri sawit den sesuai dengan keinginan pemerintah dalam mendorong hilirisasi sawit.
"Kebijakan baru ini sejalan dengan langkah pemerintah untuk mendorong hilirisasi industri sawit, termasuk meningkatkan daya serap biodiesel untuk Pertamina sebagai ganti minyak fosil," ujar dia. Ia berharap hilirisasi dapat berjalan lebih cepat setelah pemerintah mengubah prioritas untuk meningkatkan ekspor produk akhir dari orientasi ekspor bahan mentah sebelumnya.
Rendahnya harga komoditas kini, ujar dia, dibanding beberapa tahun lalu merupakan tantangan untuk perekonomian Indonesia karena Indonesia sudah tidak dapat keuntungan dari komoditas.Selain langkah sektor riil tersebut, Suahasil mengatakan pemerintah juga mendorong sektor keuangan dengan mengoptimalkan penyerapan anggaran, mengimplementasikan anggaran dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Bisnis hilirisasi industri sawit juga didorong kebijakan pemerintah yang menetapkan bea keluar (BK) ekspor lebih besar untuk produk industri, seperti CPO, dan diharapkan pertumbuhan industri produk turunan CPO di Tanah Air terus berkembang.
Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Perindustrian, Indonesia membutuhkan investasi sebesar 800 juta dolar AS untuk program hilirisasi industri kelapa sawit dan memproduksi oleokimia atau produk turunan CPO.
Pemerintah memprediksi hingga 2015 investasi untuk program hilirisasi kelapa sawit tersebut untuk mendorong kapasitas produksi agar mencapai dua juta ton per tahun. (NWD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015