Denpasar (Antara Bali) - Desa Pakraman Tanjung Bungkak, Kota Denpasar menyelenggarakan "Pesta Rakyat" serangkaian memperingati Ulang Tahun Ke-87 Sumpah Pemuda dengan menggelar acara beragam sajian kuliner dan pementasan seni tradisional di Taman Budaya Bali.

"Peringatan Sumpah Pemuda sebagai momentum menyatukan semangat pemuda dalam perjuangan mengisi kemerdekaan. Karena pada 28 Oktober 1928 adalah tonggak para pemuda bergerak menyatukan semangat jiwa agar bersatu berjuang melawan penjajah," kata Bendesa (Ketua) Adat Tanjung Bungkak, Denpasar Ketut Suweden di Denpasar, Kamis malam.

Ia mengatakan pada peringatan Sumpah Pemuda kali ini pihaknya bekerja sama dengan Sekaa Teruna (perhimpunan pemuda-pemudi) dan didukung tokoh masyarakat setempat yang kebetulan berulang tahun bertempatan dengan Hari Sumpah Pemuda, yakni Dr Ir Frans Bambang Siswanto MM.

"Peringatan ini boleh dibilang sangat meriah, Selain pesta rakyat dengan menyajikan berbagai macam kuliner tradisional yang dihadiri sedikitnya 5.000 undangan dari masyarakat setempat dan tokoh masyarakat, tokoh lintas agama, akademisi, LSM maupun para jurnalis," ucapnya.

Suweden lebih lanjut mengatakan dengan semangat gotong-gotong dan persatuan, khususnya Desa Pakraman Tanjung Bungkak, pihaknya bisa menggelar pesta rakyat karena dukungan tokoh masyarakat yang sukses dalam bidang usaha.

"Kegiatan yang melibatkan ribuan undangan ini didukung sepenuhnya oleh Bapak Frans Bambang Siswanto. Kebetulan bersamaan ulang tahunnya yang ke-70 tahun. Karena itu kami dan generasi muda berinisiatif menyelenggarakan pesta rakyat dan sekaligus memperingati ulang tahun Pak Frans yang sangat berjasa dalam bidang kegiatan pembangunan di desa kami," ujarnya.

Sementara, Frans Bambang Siswanto mengaku sangat gembira ulang tahunnya ke-70 tahun dirayakan oleh masyarakat desa pakraman. Menurut dia, ini adalah anugerah Tuhan bisa dirayakan bersama dengan warga desa.

"Saya berterima kasih kepada warga Tanjung Bungkak bisa bersama-sama merayakan ulang tahun saya. Mudah-mudahan kebersamaan ini terus terjalin dalam memperkuat persatuan dan mempererat rasa `menyamabraya` atau semangat kekeluargaan," ucap pria lulusan terbaik dan tercepat pada Program Doktoral Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur.

Menurut Frans, kebahagian dalam peringatan HUT Sumpah Pemuda dan ulang tahun dirinya tidak akan terlupakan bersama keluarga tercinta, sebab bisa dihadiri semua warga Desa Pakraman Tanjung Bungkak dan undangan lainnya.

"Saya atas nama pribadi dan keluarga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam acara ini. Semoga semangat tersebut tak lekang oleh peradaban zaman. Kita harus bersatu dalam bingkai keragaman untuk persatuan," ucapnya.

Suweden menambahkan, kegiatan pesta ini juga dimeriahkan dengan hiburan tradisional dengan tarian kesenian Bali, termasuk juga drama tari berjudul "Lubdaka". Kisah Lubdaka menceritakan si pemburu itu sehari menjelang tilem kepitu (bulan mati) kemalaman ditengah hutan.

Karena pada hari itu sama sekali tidak mendapat hasil buruan, maka si pemburu (Lubdaka) terpaksa bermalam di tengah hutan. Tapi mereka takut dengan binatang buas, sehingga nekat naik ke pohon Bila dan sepanjang malam mereka melek (jagra) sembari memetik daun bila itu. Tapi tidak disangka malam itu adalah bersamaan malam yoga Dewa Siwa.

Singkat cerita, akhirnya si Lubdaka meninggal dunia, namun rohnya disiksa oleh para dewa (Sang Suratma dan Jogor Manik) untuk ditenggelamkan ke neraka karena perbuatannya membunuh binatang dan merusak lingkungan hidup.

Namun tiba-tiba pada saat penyiksaan oleh para algojo sang Jogor Manik, datanglah Dewa Siwa memberi pengampunan, karena si Lubdaka menjelang ajalnya dapat menebus dosa dengan melaksanakan yoga pada malam Siwaratri, atas perbuatan beryoga itulah, maka si Lubdaka mendapatkan pengampunan atas semua perbuatan jahatnya sehingga Dewa Siwa meloloskan masuk ke surga. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015