Gianyar (Antara Bali) - Bank Indonesia Bali berhasil padi organik dengan hasil lebih banyak dibandingkan menggunakan pupuk kimia di sawah percontohan seluas 10,07 hektere di Subak Pulagan, Kabupaten Gianyar.

"Dari empat titik pengubinan di areal yang menggunakan pupuk organik secara penuh, didapatkan hasil 6,8 ton per hektare atau lebih tinggi dibandingkan panen sebelumnya sebanyak 5,4 ton per hektare yang menggunakan pupuk kimia," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati usai melakukan panen raya bersama sejumlah instansi terkait di sawah setempat di Kabupaten Gianyar, Selasa.

Sedangkan pada areal sawah yang menggunakan metode semiorganik dari 24 titik pengubinan pada areal yang kurang optimal didapatkan hasil 8,7 ton per hektare dan area yang optimal dengan hasil 11,2 ton per hektare.

Penanaman padi tersebut menggunakan metode sistem intensifikasi pertanian atau "SRI" berbasis microbacter alfafa (MA-11) pada 7 Juli 2015 dengan 777 orang penanam secara serentak pada lahan seluas 10,07 Ha dan sekaligus tercatat sebagai rekor MURI yaitu penanaman seluas 10,07 Ha dalam waktu sehari.

Microbacter alfafa, ucap dia, tidak mengandung unsur kimia sehingga unsur hara tanah dapat dikembalikan, makhluk-makhluk hidup seperti cacing dan belut dapat hidup kembali.

MA 11 diaplikasikan baik pada tahap pengolahan tanah maupun pada pemeliharaan dan pembasmian hama.

Sedangkan SRI adalah metode dengan keunggulan hemat penggunaan bibit dan air sampai dengan 20-30 persen dan benih yang dibutuhkan pun hanya lima hingga tujuh kilogram per hektare yang jauh lebih hemat dari metode konvensional sebanyak 50 kilogram per hektare.

"Metode SRI hanya memerlukan satu batang benih per lubang. Sementara metode konvensional paling sedikit 10 batang per lubang tanam," ujar Dewi.

Keterlibatan bank sentral itu pada sektor pertanian tidak terlepas dari kinerja perekonomian Bali yang juga ditopang oleh sektor itu dengan kontribusi yang cukup besar, yakni sebesar 15 persen atau menduduki peringkat kedua terbesar setelah sektor pariwisata.

Dari sisi inflasi, andil produk pertanian sangat tinggi, mencapai 17 persen sebagaimana tercermin dari sumbangan kelompok komoditas yang rentan mengalami kenaikan harga terhadap inflasi umum.

Selain hasil pertanian, dengan pendampingan optimal dari Bank Indonesia, Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar dan Kodim 1616/Gianyar, kelompok Subak Pulagan saat ini telah tumbuh menjadi kelompok yang kuat secara organisasi dan kompetensi.

Saat ini kelompok telah mendirikan LKM (Lembaga Keuangan Masyarakat) dan telah berhasil mengumpulkan saham sebesar Rp8 juta yang dipergunakan untuk mendukung kegiatan kelompok.

Selain itu, kelompok juga telah mampu menciptakan dan menjual produk-produk pertanian organik seperti bioplast, biofarm, MOL (mikro organisme lokal), fungisida dan pestisida nabati yang hasil penggunaannya sudah dapat dapat dilihat pada padi yang akan dipanen.

"Kami ingin menginisiasi penggunaan kembali pupuk organik dan secara berangsur mengurangi penggunaan pupuk kimia karena penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat menurunkan kualitas tanah yang berakibat pada menurunnya produktivitas," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015