Surabaya (Antara Bali) - Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS) Surabaya menciptakan sepeda kayuh khusus berkode E2-Bike
atau Electric Eco Bike yang dapat berfungsi mengisi daya (charging) baterai telepon genggam (handphone/HP).
"E2-Bike itu charger HP yang ramah lingkungan, karena daya baterai HP-nya didapat dengan bantuan sepeda, sehingga mengurangi konsumsi listrik," kata ketua tim mahasiswa ITS, Dennys Al Fath, di kampusnya, Sabtu.
Didampingi empat rekannya, ia mengatakan, karya yang diikutsertakan Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) pada Pimnas ke-28 di Kendari pada 5 hingga 9 Oktober itu membuat tegangan dan arus yang diterima HP akan lebih stabil dan sesuai dengan spesifikasinya.
PKM berjudul "Generator Listrik Tenaga Rotasi Magnet Pada Electric Eco Bike Untuk Charge Handphone" itu dilatarbelakangi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat di Indonesia.
"Utamanya dalam rumah tangga, konsumsi listrik terbesar adalah proses pengisian baterai handphone," katanya.
Penjelasan Dennys itu merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 bahwa jumlah penggunaan handphone di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 308,2 juta unit. Jumlah tersebut melebihi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 sebesar 255,5 juta jiwa.
"Tentunya data BPS itu memberikan bukti yang cukup kuat jika dikonversikan dalam penggunaan daya listrik dalam charging handphone," kata mahasiswa Teknik Fisika ITS itu.
Oleh karena itu, Dennys bersama I Made Agus Adi Wirawan, Ivan Taufik Akbar Pradhana, Naufal Nugrahandhita, dan Ni Putu Rika Puspita pun memutuskan untuk menginovasikan sebuah alat yang lebih sesuai dengan mobilitas masyarakat Indonesia yang tinggi.
Akhirnya, mereka merancang sebuah sepeda yang dapat menghasilkan energi listrik yang bernama Electric Eco Bike (E2-Bike).
"E2-Bike bukan menggunakan sumber listrik dari PLN, melainkan memanfaatkan gaya gerak listrik (GGL) induksi magnet dan alternator sebagai pembangkit energi listrik," katanya.
GGL induksi sendiri, katanya, dihasilkan oleh magnet permanen neodymium yang dipasang pada pelek roda belakang, sehingga menginduksi kumparan kawat yang dililitkan pada besi berbentuk U.
Setelah mendapatkan energi listrik dari alternator dan GGL induktor, maka energi listrik akan menuju ke sistem charging, ujarnya.
"Sistem charging ini berfungsi sebagai penyeimbang dan penyumbang tegangan dan daya. Sistem ini akan mengirimkan sinyal kepada voltage sensor sebagai safety system ketika tegangan pada storage telah penuh," katanya.
Cara kerjanya, ia menguraikan, sepeda E2-Bike bukan dengan dinamo, tapi E2-Bike menggunakan motor brushless direct current (BLDC).
Dinamo, menurut dia, terlalu berat, sedangkan BLDC juga berfungsi untuk mempercepat putaran gir sepeda. Lebih hebatnya, BLDC juga dapat digunakan menggerakkan sepeda tanpa perlu mengayuh.
"E2-Bike juga punya sistem monitoring pada super kapasitor untuk mengetahui dan mengontrol besar daya yang dikeluarkan untuk charging system," katanya.
Ia menyatakan, sistem monitoring juga memberikan informasi saat handphone telah terisi penuh. Selanjutnya juga controller yang akan menghentikan proses sehingga tegangan yang masuk ke sistem penyimpan daya (storage system) tidak berlebih.
"Gagasan serupa memang telah ada, namun E2-Bike memiliki spesifikasi yang lebih baik, karena E2-Bike hanya membutuhkan waktu 2,5 jam untuk melakukan proses charging, sedang alat sebelumnya 7,5 jam. Kecepatan pun lebih unggul 10 kilometer per jam lebih cepat dibanding alat serupa," katanya menambahkan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"E2-Bike itu charger HP yang ramah lingkungan, karena daya baterai HP-nya didapat dengan bantuan sepeda, sehingga mengurangi konsumsi listrik," kata ketua tim mahasiswa ITS, Dennys Al Fath, di kampusnya, Sabtu.
Didampingi empat rekannya, ia mengatakan, karya yang diikutsertakan Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) pada Pimnas ke-28 di Kendari pada 5 hingga 9 Oktober itu membuat tegangan dan arus yang diterima HP akan lebih stabil dan sesuai dengan spesifikasinya.
PKM berjudul "Generator Listrik Tenaga Rotasi Magnet Pada Electric Eco Bike Untuk Charge Handphone" itu dilatarbelakangi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat di Indonesia.
"Utamanya dalam rumah tangga, konsumsi listrik terbesar adalah proses pengisian baterai handphone," katanya.
Penjelasan Dennys itu merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015 bahwa jumlah penggunaan handphone di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 308,2 juta unit. Jumlah tersebut melebihi jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 sebesar 255,5 juta jiwa.
"Tentunya data BPS itu memberikan bukti yang cukup kuat jika dikonversikan dalam penggunaan daya listrik dalam charging handphone," kata mahasiswa Teknik Fisika ITS itu.
Oleh karena itu, Dennys bersama I Made Agus Adi Wirawan, Ivan Taufik Akbar Pradhana, Naufal Nugrahandhita, dan Ni Putu Rika Puspita pun memutuskan untuk menginovasikan sebuah alat yang lebih sesuai dengan mobilitas masyarakat Indonesia yang tinggi.
Akhirnya, mereka merancang sebuah sepeda yang dapat menghasilkan energi listrik yang bernama Electric Eco Bike (E2-Bike).
"E2-Bike bukan menggunakan sumber listrik dari PLN, melainkan memanfaatkan gaya gerak listrik (GGL) induksi magnet dan alternator sebagai pembangkit energi listrik," katanya.
GGL induksi sendiri, katanya, dihasilkan oleh magnet permanen neodymium yang dipasang pada pelek roda belakang, sehingga menginduksi kumparan kawat yang dililitkan pada besi berbentuk U.
Setelah mendapatkan energi listrik dari alternator dan GGL induktor, maka energi listrik akan menuju ke sistem charging, ujarnya.
"Sistem charging ini berfungsi sebagai penyeimbang dan penyumbang tegangan dan daya. Sistem ini akan mengirimkan sinyal kepada voltage sensor sebagai safety system ketika tegangan pada storage telah penuh," katanya.
Cara kerjanya, ia menguraikan, sepeda E2-Bike bukan dengan dinamo, tapi E2-Bike menggunakan motor brushless direct current (BLDC).
Dinamo, menurut dia, terlalu berat, sedangkan BLDC juga berfungsi untuk mempercepat putaran gir sepeda. Lebih hebatnya, BLDC juga dapat digunakan menggerakkan sepeda tanpa perlu mengayuh.
"E2-Bike juga punya sistem monitoring pada super kapasitor untuk mengetahui dan mengontrol besar daya yang dikeluarkan untuk charging system," katanya.
Ia menyatakan, sistem monitoring juga memberikan informasi saat handphone telah terisi penuh. Selanjutnya juga controller yang akan menghentikan proses sehingga tegangan yang masuk ke sistem penyimpan daya (storage system) tidak berlebih.
"Gagasan serupa memang telah ada, namun E2-Bike memiliki spesifikasi yang lebih baik, karena E2-Bike hanya membutuhkan waktu 2,5 jam untuk melakukan proses charging, sedang alat sebelumnya 7,5 jam. Kecepatan pun lebih unggul 10 kilometer per jam lebih cepat dibanding alat serupa," katanya menambahkan. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015