Singaraja (Antara Bali) - Jenazah almarhum I Nyoman Astika, seorang transmigran asal Desa Gitgit Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali dikremasi dalam ritual "pengabenan" di tempat pemakaman Sangah, Desa Balinggi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Ritual pengabenan menurut Agama Hindu dimulai pukul 08.00 WITA pada Kamis (17/9)," kata Eko, salah seorang sanak keluarga korban dikonfirmasi dari Singaraja, Bali, Kamis.
Ia menjelaskan, pihak keluarga besar berada di wilayah itu saat ini sedang melangsungkan ritual pengabenan sesuai tradisi Bali, dibantu beberapa kerabat dan tetangga korban yang sama sama berasal dari Pulau Dewata.
Sebelumnya, kata dia, pihak keluarga merencanakan menunda prosesi kremasi pengabenan karena kepala korban masuh belum ditemukan.
"Beberapa waktu yang lalu, kami sempat berencana melakukan proses penguburan saja, tetapi, karena bagian kepada sudah ditemukan langsung dilakukan ritual pengebenan," kata dia.
Ia menceritakan, potongan kepala Astika ditemukan aparat TNI Polri dibantu keluarga di daerah Pegunungan Baturiti wilayah setempat sekitar pukul 14.00 WITA pada Rabu (17/9).
Eko menjelaskan, potongan kepala langsung dibawa dan dijarit bersama badan korban di rumah sakit Kabupaten Parigi Sulawesi Tengah. "Kondisi kepala memprihatinkan, karena sudah dua hari membusuk dan darahnya kering tidak ada bekas berceceran," kata dia.
Disinggung mengenai kasus kematian sanak keluarganya, Eko memaparkan, pihaknya berharap kejadian pembunuhan almarhum Astika menjadi yang terakhir dan tidak menimpa warga transmigran di daerah itu.
Selain itu, ia meminta kepada pihak Kepolisian meningkatkan perlindungan terhadap warga transmigran sehingga dapat menekan rasa cemas dan ketakutan warga atas ancaman orang tidak dikenal.
"Kami berharap sekali supaya warga transmigran lokal Bali, mendapat perlindungan agar kasus itu tidak terulang kembali," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Ritual pengabenan menurut Agama Hindu dimulai pukul 08.00 WITA pada Kamis (17/9)," kata Eko, salah seorang sanak keluarga korban dikonfirmasi dari Singaraja, Bali, Kamis.
Ia menjelaskan, pihak keluarga besar berada di wilayah itu saat ini sedang melangsungkan ritual pengabenan sesuai tradisi Bali, dibantu beberapa kerabat dan tetangga korban yang sama sama berasal dari Pulau Dewata.
Sebelumnya, kata dia, pihak keluarga merencanakan menunda prosesi kremasi pengabenan karena kepala korban masuh belum ditemukan.
"Beberapa waktu yang lalu, kami sempat berencana melakukan proses penguburan saja, tetapi, karena bagian kepada sudah ditemukan langsung dilakukan ritual pengebenan," kata dia.
Ia menceritakan, potongan kepala Astika ditemukan aparat TNI Polri dibantu keluarga di daerah Pegunungan Baturiti wilayah setempat sekitar pukul 14.00 WITA pada Rabu (17/9).
Eko menjelaskan, potongan kepala langsung dibawa dan dijarit bersama badan korban di rumah sakit Kabupaten Parigi Sulawesi Tengah. "Kondisi kepala memprihatinkan, karena sudah dua hari membusuk dan darahnya kering tidak ada bekas berceceran," kata dia.
Disinggung mengenai kasus kematian sanak keluarganya, Eko memaparkan, pihaknya berharap kejadian pembunuhan almarhum Astika menjadi yang terakhir dan tidak menimpa warga transmigran di daerah itu.
Selain itu, ia meminta kepada pihak Kepolisian meningkatkan perlindungan terhadap warga transmigran sehingga dapat menekan rasa cemas dan ketakutan warga atas ancaman orang tidak dikenal.
"Kami berharap sekali supaya warga transmigran lokal Bali, mendapat perlindungan agar kasus itu tidak terulang kembali," kata dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015