Beijing (Antara Bali) - Tiongkok menyatakan minatnya untuk memperluas investasi di sektor minyak dan gas (migas) di Indonesia seperti mini LNG, OCTG (pipa untuk pengeboran minyak dan gas) serta shipyard, untuk mendukung industri migas.
"Mereka sangat berminat perluas investasinya di Indonesia, bahkan ada yang telah memiliki dana segar sekitar tiga miliar dolar AS, untuk investasi migas di Indonesia," ungkap Deputi Pengendalian Keuangan SKK Migas Parulian Sihotang kepada Antara di Beijing, Rabu (9/9) malam.
Ditemui usai diterima Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo, dia mengatakan, kunjungan SKK Migas bersama BPK RI untuk melakukan audit terhadap sejumlah perusahaan migas Tiongkok yang telah beroperasi di Indonesia.
"Selain audit, kami juga mengadakan pertemuan dengan sejumlah perusahaan migas, sekaligus institusi yang berwenang dalam kebijakan energi di Tiongkok, seperti China National Offshore Oil Corporation/CNOOC, Petro China Company/CNPC dan Sinopec," kata Parulian.
Dalam rangkaian pertemuan yang dihadiri sekitar 28 perusahaan tersebut, sebagian besar menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. "Ini tentu sangat positif. Kami juga menyampaikan bahwa Indonesia juga telah memiliki paradigma baru bahwa untuk migas diarahkan untuk kegiatan lepas pantai (offshore) dan lebih difokuskan pada eksplorasi di wilayah Timur Indonesia," tuturnya.
Parulian menambahkan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan BKPM terkait minat penanam modal Tiongkok di sektor migas tersebut.
Sejumlah perusahaan Tiongkok selama ini telah melakukan investasi sektor migas di beberapa wilayah di Indonesia antara lain pengembangan dan eksplorasi ladang gas alam cair di Tangguh, Papua yang dikelola oleh CNOOC. Sementara PetroChina telah berinvestasi dan mengembangkan ladang minyak di Jabung dan Bangko (Jambi), Salawati (Papua) dan Tuban (Jawa Timur).
Sedangkan Sinopec terkenal dengan kiprah investasinya di bidang energi terbarukan dan infrastruktur kilang pengolahan minyak. Untuk energi terbarukan Sinopec membangun pabrik pohon jarak dan kelapa sawit di Papua serta Kalimantan Timur. (WDY/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Mereka sangat berminat perluas investasinya di Indonesia, bahkan ada yang telah memiliki dana segar sekitar tiga miliar dolar AS, untuk investasi migas di Indonesia," ungkap Deputi Pengendalian Keuangan SKK Migas Parulian Sihotang kepada Antara di Beijing, Rabu (9/9) malam.
Ditemui usai diterima Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo, dia mengatakan, kunjungan SKK Migas bersama BPK RI untuk melakukan audit terhadap sejumlah perusahaan migas Tiongkok yang telah beroperasi di Indonesia.
"Selain audit, kami juga mengadakan pertemuan dengan sejumlah perusahaan migas, sekaligus institusi yang berwenang dalam kebijakan energi di Tiongkok, seperti China National Offshore Oil Corporation/CNOOC, Petro China Company/CNPC dan Sinopec," kata Parulian.
Dalam rangkaian pertemuan yang dihadiri sekitar 28 perusahaan tersebut, sebagian besar menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia. "Ini tentu sangat positif. Kami juga menyampaikan bahwa Indonesia juga telah memiliki paradigma baru bahwa untuk migas diarahkan untuk kegiatan lepas pantai (offshore) dan lebih difokuskan pada eksplorasi di wilayah Timur Indonesia," tuturnya.
Parulian menambahkan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan BKPM terkait minat penanam modal Tiongkok di sektor migas tersebut.
Sejumlah perusahaan Tiongkok selama ini telah melakukan investasi sektor migas di beberapa wilayah di Indonesia antara lain pengembangan dan eksplorasi ladang gas alam cair di Tangguh, Papua yang dikelola oleh CNOOC. Sementara PetroChina telah berinvestasi dan mengembangkan ladang minyak di Jabung dan Bangko (Jambi), Salawati (Papua) dan Tuban (Jawa Timur).
Sedangkan Sinopec terkenal dengan kiprah investasinya di bidang energi terbarukan dan infrastruktur kilang pengolahan minyak. Untuk energi terbarukan Sinopec membangun pabrik pohon jarak dan kelapa sawit di Papua serta Kalimantan Timur. (WDY/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015