Denpasar (Antara Bali) - Sebagian perajin di Kabupaten Gianyar, Bali, membuat kain tenunan songket menggunakan warna alami yang diperoleh dari memanfaatkan dedaunan, buah-buahan dan akar pohon tertentu sehingga matadagangan itu mempunyai nilai ekonomis tinggi.

"Proses pewarnaan benang sutra dilakukan di Gianyar dan proses tenuman dari benang menjadi kain dilakukan perajin terampil di Sideman, Kabupaten Karangasem," Kata Ida Bagus Made Adnyana yang mengembangkan usaha tenunan songket di Gianyar, Kamis.

Ia mengatakan, proses pewarnaan yang menggunakan bahan tradisional itu pertama kali dirintis oleh istrinya IA Ngurah Puniari tahun 1991 ternyata mempunyai prospek yang cukup cerah.

Produksi yang dihasilkan masih sangat terbatas, karena proses pengerjaannya yang sangat rumit, namun mempunyai nilai jual yang sangat tinggi paling rendah Rp1 juta hingga mencapai Rp8 juta per lembar.

Usaha pengembangan industri sekala rumah tangga itu berawal dari gagasan membuat tenunan kain songket berkat adanya Proyek Pelastarian Kain Gedogan (Kain Bebali). IA Ngurah Puniari membuat benang sutra yang diwarnai menggunakan warna alami.

"Sejak itu istri saya mencoba untuk memproduksi tenunan songket, kerajinan yang pertama membuat selendang songket yang bermotif klasik hanya untuk keluarga saja.

Namun lama kelamaan masyarakat sekitar memesan dan ingin memiliki kain songket dan sejak itu istri saya meproduksi untuk dijual," ujarnya.

Hasil dari jualan kain songket jenis kamen sebagai modal pertama dan untuk membeli bahan benang sutra, setelah itu ada wisatawan mancanegara tertarik membuat yayasan pecinta kain bebali dan IA Ngurah Puniari diajak untuk bekerja sama di yayasan tersebut.

Terbentuknya Yayasan Pecinta Kain Bebali, kain yang diproduksi di promosikan oleh yayasan sekaligus dipamerkan di museum tekstil seperti di Jakarta dan mancanegara.

Selain itu juga sering tampil dalam pameran Pesta Kesenian Bali (PKB) aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata sehingga masyarakat luas menjadi semakin tertarik terhadap produk kain songket tersebut. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Gusti Nyoman Adi Purnama Putra

Editor : Adi Purnama Putra


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015