Nusa Dua (Antara Bali) - Ratusan wisatawan mancanegara dan masyarakat lokal, Senin antusias menyaksikan kelincahan para pemahat es dalam kompetesi "Ice Carving" di ajang Nusa Dua Fiesta (NDF) yang digelar hingga Selasa (19/10).

Sebanyak delapan peserta dari berbagai hotel berbintang di kawasan Nusa Dua dan Kuta dengan lincah memahat es yang dijadikan media untuk ukiran.

Ketua Pelaksana Kompetisi "Ice Carving" Komang Adi Arsana mengatakan, untuk tahun ini lomba bertemakan "Free Bird Style".

"Tema yang diangkat dalam kompetisi tersebut menyesuaikan dengan tema NDF, yaitu 'Green Tourism' atau pariwisata ramah lingkungan," katanya.

Dikatakan, peserta yang ikut berkompetisi ini adalah para pemahat yang telah biasa dan terpilih mewakili masing-masing hotelnya.

"Patung es tersebut biasanya untuk hiasan meja makan untuk restoran hotel-hotel," ujarnya.

Ia mengatakan, kriteria yang menjadi penilaian, meliputi seni kreasi, kesesuaian dengan tema termasuk juga ketepatan waktu.

Menyinggung es yang digunakan sebagai bahan untuk diukir, kata dia, adalah es kristal seharga Rp600 ribu per blok. Sedangkan peserta hanya dikenakan biaya administrasi sebesar Rp150 ribu.

"Bahan berupa es kristal tersebut sudah disediakan panitia. Pemungutan biaya administrasi tersebut dalam upaya memacu keseriusan peserta," jelas Adi Arsana.

Nengah Ada, seorang pemahat es mewakili Hotel Nikko mengaku, dirinya sudah biasa melakukan torehan maupun pahatan pada media buah, es, striroform maupun kayu.

"Profesi saya adalah mengukir dan mendekorasi ruangan di hotel tempat kerja. Memang untuk mengukir es lebih rumit dibanding mengukir buah atau kayu, karena hal itu dituntun juga ketepatan waktu," ucapnya.

Ada menjelaskan, mengukir es, mulai awal sudah mempertimbangkan waktu termasuk teknik memotong bahan tersebut. Pembuatan patung ini harus dirancang dengan teknik imajinasi, sehingga bisa terbentuk sesuai dengan judul tersebut.

"Mengukir adalah hobi saya. Dan beberapa kali sudah ikut kompetisi seperti ini, baik nasional maupun intenasional. Tahun 1994 saya berhasil menyabet juara emas di Singapura," tutur lelaki asal Busungbiu, Kabupaten Buleleng itu.

Pada kompetisi ini, peserta tidak ada yang meraih emas. Tetapi dari delapan peserta lima menyabet perak dan satu orang meraih perunggu.

Peserta yang mendapat perak adalah, Nyoman Mariana, Made Sumanita, I Nengah Ada, I Ketut Surayana dan I Made Sadia Utama serta I Wayan Arnata meraih perunggu.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010