Gianyar (Antara Bali) - Permasalahan infrastruktur dan transportasi menjadi penyebab utama kemacetan lalu lintas di kawasan perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
"Minimnya kantong parkir dan penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir serta rambu- rambu yang kurang terlihat jelas di jalur pedestrian yang tidak ramah dengan pejalan kaki," kata Ketua Tim Peneliti Transportasi Kawasan Ubud Dr Ibnu Syabri, Rabu.
Dr Ibnu Syabri dari Institut Teknologi Bandung mengatakan hal itu ketika memaparkan hasil studi sistem transportasi kawasan Ubud di Ruang Sidang Utama Kantor Bupati Gianyar yang dihadiri pakar dan penasehat permasalahan transportasi Bambang Kesowo dan Syafrudin Tumenggung.
Dr Ibnu mengatakan, ketiga hal tersebut menjadi faktor utama sebagai akar permasalahan yang terjadi di Ubud.
Ia mengusulkan sebagai solusi mengatasi masalah kemacetan lalu lintas yakni menyediakan tempat parkir yang memadai, menjamin kenyaman dan keamanan pergerakan pengunjung ke lokasi-lokasi destinasi wisata tersebut.
Selain itu menyediakan jalur-jalur sepeda, dan pejalan kaki yang aman serta nyaman sebagai alternatif sistem transportasi dalam kawasan sekaligus menerapkan sistem informasi transportasi cerdas terpadu dalam pengendalian volume pergerakan, dan perparkiran.
Ibnu menjelaskan, hal yang tidak kalah penting lainnya membangun sistem pengelolaan parkir berbasis Komunitas penyediaan sistem angkutan umum berbasis "Shuttle Service" yang melayani pengunjung menuju pergerakan ke pusat-pusat utama.
Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, perlu melakukan kajian lebih rinci dan pembahasan secara menyeluruh yang melibatkan seluruh elemen yang terkait.
Pengembangannya memerlukan tiga tahap, selama empat tahun, mulai dari pengembangan pejalan kaki dan pembenahan parkir dan rambu (tahun I), kemudian bekerja sama dengan pihak swasta untuk insfrastuktur sepeda, serta memulai memberlakukan peraturan.
Selain itu kebijakan transportasi mengenai kendaran bermotor dan tidak bermotor (tahun II dan III), serta terakhir pengembangan implementasi operasional shuttle bus, pembangunan kantong parkir serta mengaktifkan sistem informasi transportasi terpadu di Kawasan Wisata Ubud, ujar Ibnu.
Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata mengatakan, Pemkab dan seluruh pemangku kepentingan tidak bisa berdiam diri terhadap permasalahan ini.
Ia engajak semua pihak untuk menghadapinya dengan bijak, melalui perencanaan yang didasari oleh kajian komprehensif tentang permasalahan tata ruang dan transportasi yang terjadi di Ubud..
Jika hal itu dibiarkan, dalam kurun waktu 5-10 tahun, kesemrawutan transportasi akan menjadi tidak terkendali, dan akhirnya merugikan semua pihak, ujar Bupati Gianyar Agung Bharata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Minimnya kantong parkir dan penggunaan badan jalan sebagai tempat parkir serta rambu- rambu yang kurang terlihat jelas di jalur pedestrian yang tidak ramah dengan pejalan kaki," kata Ketua Tim Peneliti Transportasi Kawasan Ubud Dr Ibnu Syabri, Rabu.
Dr Ibnu Syabri dari Institut Teknologi Bandung mengatakan hal itu ketika memaparkan hasil studi sistem transportasi kawasan Ubud di Ruang Sidang Utama Kantor Bupati Gianyar yang dihadiri pakar dan penasehat permasalahan transportasi Bambang Kesowo dan Syafrudin Tumenggung.
Dr Ibnu mengatakan, ketiga hal tersebut menjadi faktor utama sebagai akar permasalahan yang terjadi di Ubud.
Ia mengusulkan sebagai solusi mengatasi masalah kemacetan lalu lintas yakni menyediakan tempat parkir yang memadai, menjamin kenyaman dan keamanan pergerakan pengunjung ke lokasi-lokasi destinasi wisata tersebut.
Selain itu menyediakan jalur-jalur sepeda, dan pejalan kaki yang aman serta nyaman sebagai alternatif sistem transportasi dalam kawasan sekaligus menerapkan sistem informasi transportasi cerdas terpadu dalam pengendalian volume pergerakan, dan perparkiran.
Ibnu menjelaskan, hal yang tidak kalah penting lainnya membangun sistem pengelolaan parkir berbasis Komunitas penyediaan sistem angkutan umum berbasis "Shuttle Service" yang melayani pengunjung menuju pergerakan ke pusat-pusat utama.
Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, perlu melakukan kajian lebih rinci dan pembahasan secara menyeluruh yang melibatkan seluruh elemen yang terkait.
Pengembangannya memerlukan tiga tahap, selama empat tahun, mulai dari pengembangan pejalan kaki dan pembenahan parkir dan rambu (tahun I), kemudian bekerja sama dengan pihak swasta untuk insfrastuktur sepeda, serta memulai memberlakukan peraturan.
Selain itu kebijakan transportasi mengenai kendaran bermotor dan tidak bermotor (tahun II dan III), serta terakhir pengembangan implementasi operasional shuttle bus, pembangunan kantong parkir serta mengaktifkan sistem informasi transportasi terpadu di Kawasan Wisata Ubud, ujar Ibnu.
Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata mengatakan, Pemkab dan seluruh pemangku kepentingan tidak bisa berdiam diri terhadap permasalahan ini.
Ia engajak semua pihak untuk menghadapinya dengan bijak, melalui perencanaan yang didasari oleh kajian komprehensif tentang permasalahan tata ruang dan transportasi yang terjadi di Ubud..
Jika hal itu dibiarkan, dalam kurun waktu 5-10 tahun, kesemrawutan transportasi akan menjadi tidak terkendali, dan akhirnya merugikan semua pihak, ujar Bupati Gianyar Agung Bharata. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015