Fu Zhou, Tiongkok (Antara Bali) - Fu Zhou, Ibu Kota Provinsi Fujian di selatan Tiongkok itu tampak begitu menawan berhiaskan gedung-gedung pencakar langit dengan tatanan kota yang serba terukur tanpa memberi kesan adanya kepadatan bangunan dalam sebuah tata ruang.
Provinsi Fujian seluas 121.400 km2 dengan jumlah penduduk 37,48 juta jiwa itu merupakan salah satu wilayah yang cukup terbuka dengan belahan dunia lainnya lewat jalur perdagangan laut yang lebih dikenal dengan sebutan "jalur sutra laut" itu.
Sebagai kota pelabuhan, komunitas Fujian sudah lama menjalin hubungan dengan negara-negara lain lewat jalur perdagangan tersebut. Kota pelabuhan yang berhadapan dengan Taiwan itu, juga memiliki etnik Fujian di luar negeri, termasuk di antaranya Indonesia yang mencapai sekitar 15,8 juta jiwa.
"Sudah lama, wilayah kami melakukan kontak dagang dengan negara-negara lain lewat jalur sutra laut sehingga banyak etnik Fujian memilih merantau ke negara lain, termasuk di antaranya Indonesia yang mencapai sekitar 15,8 juta jiwa," kata Dr. CHU Yanli, konsulat senior hubungan luar negeri Provinsi Fujian.
Kisah keterbukaan Fujian dengan negara-negara lain itu, dilukiskan wanita perkasa tersebut, saat menjamu 10 orang delegasi wartawan Indonesia dari Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berkunjung ke Fu Zhou, Jumat (29/5) malam, dalam rangkaian kunjungan selama sepekan di sejumlah kota provinsi di Tiongkok.
Kunjungan delegasi wartawan Indonesia ke Tiongkok yang dipimpin oleh I Made Tinggal Karyawan dari Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Biro Provinsi Bali itu atas inisiatif Konjen RRT di Denpasar, Bali, Hu Yinquan dan wakilnya Liu Jhinji.
Fujian memiliki potensi wisatawan yang cukup besar jika dilihat dari sisi jumlah penduduk dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang mapan pula.
"Para wisatawan dari Fujian jelas berminat mengunjungi Bali, NTB, dan NTT yang memiliki beraneka ragam objek wisata, keindahan alam, dan budaya. Pada saatnya nanti, mereka pasti akan ke sana bila Fujian sudah membangun kerja sama dengan Bali, NTB, maupun NTT," ujar CHU Yanli.
Ia mengapresiasi Pemerintah Provinsi Bali bekerja sama dengan Provinsi Hainan dan Yunan yang bertetangga dengan Fujian di bidang pariwisata.
"Kami menanti kerja sama dengan NTB atau NTT yang juga dikenal memiliki keindahan wisata yang menarik, seperti Bali yang sudah lama dikenal oleh wisatawan mancanegara," ujar CHU Yanli di acara jamuan makan malam tersebut.
Wanita perkasa itu kemudian menegaskan, "Jika Bali sudah menjalin kerja sama pariwisata dengan Hainan dan Yunan, kami berharap bisa menjalin 'sister city' atau 'sister province' serupa dengan NTB atau NTT."
"Kami sangat merindukan itu (sister city atau sister province) dengan dua nusa tenggara. Kami dengan lapang dada dan tangan terbuka untuk menerima tawaran dari NTB maupun NTT," katanya sambil melemparkan senyum kepada delegasi wartawan Indonesia.
Fujian tidak hanya melirik sektor pariwisata dalam "mimpi" kerja sama tersebut, tetapi juga di sektor kemaritiman sesuai dengan karakternya sebagai kota pelabuhan yang menjadi pusat industri perikanan bagi 1,3 miliar penduduk Tiongkok.
Fujian memiliki sekitar 120 pelabuhan laut dengan dukungan infrastruktur jalan dan jembata serta listrik yang sangat memadai, dan tiga unit gudang pendingin (cold storage) berkapasitas masing-masing 50.000 ton.
Industri pengolahan ikan yang mencapai 101 juta ton/tahun itu dikelola oleh sebuah konsorsium bernama Fujian Ming Cheng Group.
Sumber daya perikanan tersebut, tidak hanya dari wilayah Tiongkok, tetapi juga diimpor dari Kanada, Australia, dan Indonesia.
"Sekitar 15 persen, ikan-ikan yang diolah di sini berasal dari Indonesia," kata Wakil Direktur Fujian Ming Cheng Group Chen Wen.
Ikan-ikan dari Indonesia, antara lain pari, tuna, dan cakalang. "Ikan-ikan yang diimpor dari Indonesia, umumnya sudah memenuhi standar kualitas internasional," katanya.
Ikan-ikan yang ditangkap di wilayah perairan Tiongkok, umumnya menggunakan pukat. "Jika musim ikan tiba, nelayan diperbolehkan untuk menangkapnya dengan menggunakan pukat harimau (trawl)," kata Chen Wen.
"Melalui jalinan kerja sama provinsi kembar (sister province), kita semua akan memperoleh keuntungan secara bersama-sama pula, baik di sektor pariwisata maupun kemaritiman," kata CHU Yanli.
Ketua delegasi wartawan Indonesia I Made Tinggal Karyawan mengapresiasi harapan CHU Yanli yang memiliki optimistisme yang sangat tinggi dalam menjalin kerja sama "sister city" dan "sister province" dengan NTB maupun NTT.
"Saya berharap NTB maupun NTT bisa menangkap peluang tersebut karena CHU Yanli memiliki pandangan serta aura positif yang sama untuk membangun kerja sama dengan NTB atau NTT dalam skema "sister city" atau "sister province" ini karena Bali sudah memulainya dengan Hainan dan Yunan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Provinsi Fujian seluas 121.400 km2 dengan jumlah penduduk 37,48 juta jiwa itu merupakan salah satu wilayah yang cukup terbuka dengan belahan dunia lainnya lewat jalur perdagangan laut yang lebih dikenal dengan sebutan "jalur sutra laut" itu.
Sebagai kota pelabuhan, komunitas Fujian sudah lama menjalin hubungan dengan negara-negara lain lewat jalur perdagangan tersebut. Kota pelabuhan yang berhadapan dengan Taiwan itu, juga memiliki etnik Fujian di luar negeri, termasuk di antaranya Indonesia yang mencapai sekitar 15,8 juta jiwa.
"Sudah lama, wilayah kami melakukan kontak dagang dengan negara-negara lain lewat jalur sutra laut sehingga banyak etnik Fujian memilih merantau ke negara lain, termasuk di antaranya Indonesia yang mencapai sekitar 15,8 juta jiwa," kata Dr. CHU Yanli, konsulat senior hubungan luar negeri Provinsi Fujian.
Kisah keterbukaan Fujian dengan negara-negara lain itu, dilukiskan wanita perkasa tersebut, saat menjamu 10 orang delegasi wartawan Indonesia dari Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berkunjung ke Fu Zhou, Jumat (29/5) malam, dalam rangkaian kunjungan selama sepekan di sejumlah kota provinsi di Tiongkok.
Kunjungan delegasi wartawan Indonesia ke Tiongkok yang dipimpin oleh I Made Tinggal Karyawan dari Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara Biro Provinsi Bali itu atas inisiatif Konjen RRT di Denpasar, Bali, Hu Yinquan dan wakilnya Liu Jhinji.
Fujian memiliki potensi wisatawan yang cukup besar jika dilihat dari sisi jumlah penduduk dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan yang mapan pula.
"Para wisatawan dari Fujian jelas berminat mengunjungi Bali, NTB, dan NTT yang memiliki beraneka ragam objek wisata, keindahan alam, dan budaya. Pada saatnya nanti, mereka pasti akan ke sana bila Fujian sudah membangun kerja sama dengan Bali, NTB, maupun NTT," ujar CHU Yanli.
Ia mengapresiasi Pemerintah Provinsi Bali bekerja sama dengan Provinsi Hainan dan Yunan yang bertetangga dengan Fujian di bidang pariwisata.
"Kami menanti kerja sama dengan NTB atau NTT yang juga dikenal memiliki keindahan wisata yang menarik, seperti Bali yang sudah lama dikenal oleh wisatawan mancanegara," ujar CHU Yanli di acara jamuan makan malam tersebut.
Wanita perkasa itu kemudian menegaskan, "Jika Bali sudah menjalin kerja sama pariwisata dengan Hainan dan Yunan, kami berharap bisa menjalin 'sister city' atau 'sister province' serupa dengan NTB atau NTT."
"Kami sangat merindukan itu (sister city atau sister province) dengan dua nusa tenggara. Kami dengan lapang dada dan tangan terbuka untuk menerima tawaran dari NTB maupun NTT," katanya sambil melemparkan senyum kepada delegasi wartawan Indonesia.
Fujian tidak hanya melirik sektor pariwisata dalam "mimpi" kerja sama tersebut, tetapi juga di sektor kemaritiman sesuai dengan karakternya sebagai kota pelabuhan yang menjadi pusat industri perikanan bagi 1,3 miliar penduduk Tiongkok.
Fujian memiliki sekitar 120 pelabuhan laut dengan dukungan infrastruktur jalan dan jembata serta listrik yang sangat memadai, dan tiga unit gudang pendingin (cold storage) berkapasitas masing-masing 50.000 ton.
Industri pengolahan ikan yang mencapai 101 juta ton/tahun itu dikelola oleh sebuah konsorsium bernama Fujian Ming Cheng Group.
Sumber daya perikanan tersebut, tidak hanya dari wilayah Tiongkok, tetapi juga diimpor dari Kanada, Australia, dan Indonesia.
"Sekitar 15 persen, ikan-ikan yang diolah di sini berasal dari Indonesia," kata Wakil Direktur Fujian Ming Cheng Group Chen Wen.
Ikan-ikan dari Indonesia, antara lain pari, tuna, dan cakalang. "Ikan-ikan yang diimpor dari Indonesia, umumnya sudah memenuhi standar kualitas internasional," katanya.
Ikan-ikan yang ditangkap di wilayah perairan Tiongkok, umumnya menggunakan pukat. "Jika musim ikan tiba, nelayan diperbolehkan untuk menangkapnya dengan menggunakan pukat harimau (trawl)," kata Chen Wen.
"Melalui jalinan kerja sama provinsi kembar (sister province), kita semua akan memperoleh keuntungan secara bersama-sama pula, baik di sektor pariwisata maupun kemaritiman," kata CHU Yanli.
Ketua delegasi wartawan Indonesia I Made Tinggal Karyawan mengapresiasi harapan CHU Yanli yang memiliki optimistisme yang sangat tinggi dalam menjalin kerja sama "sister city" dan "sister province" dengan NTB maupun NTT.
"Saya berharap NTB maupun NTT bisa menangkap peluang tersebut karena CHU Yanli memiliki pandangan serta aura positif yang sama untuk membangun kerja sama dengan NTB atau NTT dalam skema "sister city" atau "sister province" ini karena Bali sudah memulainya dengan Hainan dan Yunan," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015