Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Senin pagi turun lima poin menjadi Rp13.163 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah bergerak melemah ketika mayoritas mata uang di kawasan Asia menguat terhadap dolar AS. Sentimen negatif internal sepertinya masih menghalangi rupiah untuk bergerak positif," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.

Perkiraan inflasi Bank Indonesia (BI) yang masih tinggi bulan Mei, ia mengatakan, menjadi salah satu penyebab rupiah bergerak di area negatif.

Selain itu, dia menjelaskan, pelaku pasar uang masih mengkhawatirkan dampak pernyataan Gubernur Federal Reserve Janet Yellen yang yakin kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed fund rate) akan naik pada tahun ini.

Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan nilai tukar rupiah akan cenderung terdepresiasi selama The Fed belum memastikan waktu kenaikan suku bunga.

Secara psikologis, menurut dia, sentimen yang belum pasti akan memicu pelaku pasar uang mengakumulasi mata uang yang dianggap dapat menjaga nilai aset dan dalam hal ini dolar AS masih menjadi favorit investor. Dia berharap tindakan pemerintah menerbitkan surat utang syariah (sukuk) global senilai dua miliar dolar AS dapat memperkuat fiskal Indonesia dan menjaga ekonomi domestik dari sentimen negatif eksternal. (WDY)

Pewarta: Oleh Zubi Mahrofi

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015