Jakarta (Antara Bali) - Indonesia, yang sedang menghadapi kemungkinan
skors FIFA karena keterlibatan pemerintah, harus memainkan pertandingan
kualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia melawan Irak tanpa kehadiran
penonton, dan pertandingan kandang mereka melawan Thailand di arena
netral.
Keputusan ini diambil oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) setelah insiden penonton pada dua pertandingan timnas U-23 pada Maret, saat melawan Timor Leste dan Korea Selatan di Jakarta.
Indonesia, yang juga didenda 20.000 dolar oleh AFC dan diperingatkan bahwa sanksi-sanksi yang lebih berat dapat dijatuhkan jika insiden-insiden itu terulang, dijadwalkan menjamu Irak pada 16 Juni setelah mereka memulai kualifikasi di Taiwan pada 11 Juni.
Timnas Indonesia kemudian akan berangkat ke Hanoi untuk menghadapi Vietnam pada September, sebelum pertandingan kandang pada 8 Oktober melawan juara Asia Tenggara Thailand.
Namun apakah Indonesia akan diizinkan untuk berkompetisi di kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019 masih menjadi pertanyaan besar, di mana liga domestiknya sedang terhenti setelah musim kompetisi dibatalkan, menyusul konflik antara pemerintah lokal dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Kedua kubu diberi waktu sampai Jumat untuk mencari titik temu dari permasalahan yang ada, yang berpangkal dari gagalnya PSSI untuk mencoret dua klub dari Liga Indonesia yang merupakan rekomendasi pemerintah karena masalah-masalah kepemilikan.
Pemerintah telah membekukan PSSI, yang membatalkan musim liga setelah baru menjalani dua putaran. Sementara itu para pemain terkatung-katung karena tidak mendapat gaji.
PSSI meluncurkan rencana-rencana untuk turnamen pra musim baru pada pekan lalu, yang menampilan 18 tim strata tertinggi untuk dipecah ke dalam tiga grup sebelum mereka memulai musim liga yang baru pada September, namun Piala Champions sudah dihapuskan.
Tim transisi pemerintah, yang mengawasi sepak bola di salah satu negara terpadat di dunia ini, menolak untuk memberi izin.
Sejumlah ofisial PSSI tiba di Swiss pada pekan ini untuk mengikuti kongres FIFA pada Jumat, di mana badan sepak bola dunia itu juga akan mengadakan pemungutan suara untuk memilih presiden, dan mengatakan mereka akan berupaya agar hukuman tidak jadi dijatuhkan.
Direktur Teknik PSSI Peter Hoekstra mengatakan skors akan memberi pukulan berat, dan menambahi bahwa perselisihan dengan pemerintah telah merusak pekerjaannya.
"Itu akan sangat merusak," kata mantan pemain sayap Belanda dan Ajax Amsterdam itu kepada BBC World Football.
"Malang bagi kami, menteri ikut campur ke dalamnya dan kelihatannya mereka membunuh semua inisiatif yang kami upayakan," katanya. Demikian laporan Reuters. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Keputusan ini diambil oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) setelah insiden penonton pada dua pertandingan timnas U-23 pada Maret, saat melawan Timor Leste dan Korea Selatan di Jakarta.
Indonesia, yang juga didenda 20.000 dolar oleh AFC dan diperingatkan bahwa sanksi-sanksi yang lebih berat dapat dijatuhkan jika insiden-insiden itu terulang, dijadwalkan menjamu Irak pada 16 Juni setelah mereka memulai kualifikasi di Taiwan pada 11 Juni.
Timnas Indonesia kemudian akan berangkat ke Hanoi untuk menghadapi Vietnam pada September, sebelum pertandingan kandang pada 8 Oktober melawan juara Asia Tenggara Thailand.
Namun apakah Indonesia akan diizinkan untuk berkompetisi di kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019 masih menjadi pertanyaan besar, di mana liga domestiknya sedang terhenti setelah musim kompetisi dibatalkan, menyusul konflik antara pemerintah lokal dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Kedua kubu diberi waktu sampai Jumat untuk mencari titik temu dari permasalahan yang ada, yang berpangkal dari gagalnya PSSI untuk mencoret dua klub dari Liga Indonesia yang merupakan rekomendasi pemerintah karena masalah-masalah kepemilikan.
Pemerintah telah membekukan PSSI, yang membatalkan musim liga setelah baru menjalani dua putaran. Sementara itu para pemain terkatung-katung karena tidak mendapat gaji.
PSSI meluncurkan rencana-rencana untuk turnamen pra musim baru pada pekan lalu, yang menampilan 18 tim strata tertinggi untuk dipecah ke dalam tiga grup sebelum mereka memulai musim liga yang baru pada September, namun Piala Champions sudah dihapuskan.
Tim transisi pemerintah, yang mengawasi sepak bola di salah satu negara terpadat di dunia ini, menolak untuk memberi izin.
Sejumlah ofisial PSSI tiba di Swiss pada pekan ini untuk mengikuti kongres FIFA pada Jumat, di mana badan sepak bola dunia itu juga akan mengadakan pemungutan suara untuk memilih presiden, dan mengatakan mereka akan berupaya agar hukuman tidak jadi dijatuhkan.
Direktur Teknik PSSI Peter Hoekstra mengatakan skors akan memberi pukulan berat, dan menambahi bahwa perselisihan dengan pemerintah telah merusak pekerjaannya.
"Itu akan sangat merusak," kata mantan pemain sayap Belanda dan Ajax Amsterdam itu kepada BBC World Football.
"Malang bagi kami, menteri ikut campur ke dalamnya dan kelihatannya mereka membunuh semua inisiatif yang kami upayakan," katanya. Demikian laporan Reuters. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015